Dalam sepekan terakhir, mata uang Ibu Pertiwi melemah 1,98% secara point-to-point. Selama sebulan ke belakang, depresiasinya mencapai 3,97%.
Sepanjang tahun ini (year-to-date/ytd), rupiah membukukan pelemahan 5,35% secara point-to-point. Lebih dalam ketimbang depresiasi yuan China (1,89%), rupee India (2,96%), ringgit Malaysia (4,39%), dolar Singapura (3,37%), dolar Hong Kong (0,28%), dan peso Filipina (3,15%).
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto meminta perusahaan-perusahaan pelat merah BUMN untuk menahan diri dalam memborong dolar AS berjumlah besar di tengah tekanan yang dihadapi oleh rupiah.
Pemerintah melihat ketegangan di Timur Tengah sudah mulai mereda dan gangguan terhadap rantai pasok juga berkurang. Selain itu, dari sisi fundamental, perekonomian RI dinilai cukup kuat terindikasi dari kepercayaan investor yang masih besar.
Airlangga juga menyebut, depresiasi rupiah terjadi bersamaan dengan tekanan yang juga dialami oleh mata uang negara berkembang lain bahkan pelemahan rupiah diklaim masih lebih 'mendingan'.
(mfd/lav)