Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Emiten pertambangan batu bara PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) angkat bicara soal anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terjadi belakangan ini.

Head of Corporate Communication ADRO Febriati Nadira mengatakan, sebagai perusahaan yang juga menjual batu bara secara global dan bertransaksi menggunakan mata uang dolar AS, depresiasi rupiah saat ini tidak berpengaruh terhadap kelangsungan usaha maupun operasional perseroan.

"Depresiasi rupiah tidak berpengaruh pada operasional Adaro (ADRO). Sehingga, secara tidak langsung merupakan natural hedging terhadap pergerakan valuta asing." ujar Febriati saat dihubungi, Rabu (18/4/2024).

Terlebih, kata Febri, emiten pertambangan milik Garibaldi Thohir (Boy Thohir) itu juga telah memaksimalkan penjualan ekospor batu bara sebanyak 75% sepanjang tahun lalu.

"Kami sudah melakukan diversifikasi negara tujuan ekspor. Sepanjang, penjualan Grup Adaro terbesar adalah Indonesia sebesar 25%, kemudian Asia Tenggara sebesar 22%, China 21%, Asia Timur laut 20%, dan India 12%,"ujar dia.

Meski begitu, pada tahun ini, Febri tak memerinci berapa banyak porsi target penjualan batu bara untuk domestik maupun ekspor.

Dia hanya mengatakan bahwa ADRO perseroan menargetkan penjualan batu bara secara total sebanyak 67 juta ton, yang terdiri dari 61 juta ton batu bara termal, dan 5,4 juta ton batu bara metalurgi.

ADRO pada 2023 mencatatkan laba bersih keseluruhan tahun 2023 sebesar US$1,64 miliar (setara Rp25,76 triliun) atau turun 34% dari tahun sebelumnya.

Penurunan laba itu juga disebabkan oleh penurunan penjualan batu bara sebanyak 20,39% menjadi US$6,31 miliar dari sebelumnya US$7,93 miliar.

Adapun, penjualan ekspor batu bara oleh ADRO pada 2023 adalah US$5,28 miliar atau setara Rp83,15 triliun. Angka ini anjlok 23,94% dibandingkan 2022 sebesar US$6,94 miliar atau setara Rp109,32 triliun.

Negara tujuan ekspor ADRO di antaranya adalah China dengan nilai penjualan US$1,27 miliar, Malaysia US$997,23 juta, India US$700,48 juta, Jepang US$660,6 juta, Korea US$545,12 juta, Filipina US$468,65 juta, Hongkong US$241,18 juta, Taiwan US$212,88 juta, Thailand US$122,31 juta dan lain-lain US$60,31 juta. 

Sementara itu, penjualan domestik mencapai US$1,03 miliar atau setara Rp16,26 triliun. Angka ini tumbuh 4,59% dibandingkan penjualan pada 2022 sebesar US$987,63 juta atau setara Rp15,46 triliun.

(ibn/dhf)

No more pages