Direktur PT Bank Negara Indonesia (BNI) Royke Tumilaar mengatakan, pihaknya secara rutin melakukan stress test terhadap foreign exchange (FX) atau pasar valuta asing dan tingkat suku bunga (interest rate).
“Kredit BNI valas semuanya, underlying-nya atau income-nya valas (valuta asing),” kata Royke.
Direktur Risk Manajemen PT Bank Tabungan Negara (BTN) Setiyo Wibowo mengungkapkan, dampak langsung secara umum pelemahan rupiah masih dapat dikelola oleh BTN karena exposure valas BTN tidak besar dan kewajiban dalam valas telah di hedging, sementara exposure kredit terhadap sektor yang sensitif terhadap valas juga sangat minim.
“Kami sebagai bank yang prudent telah mengelola portofolio sudah memperhitungkan uji sensitivitas terhadap risiko pasar termasuk salah satunya risiko nilai tukar,” ujarnya.
Diketahui, per 17 April 2024, US$ 1 dibanderol Rp 16.220 kala penutupan perdagangan pasar spot. Rupiah melemah 0,28% dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya dan menjadi yang terlemah sejak April 2020 atau empat tahun terakhir.
(mfd/lav)