Logo Bloomberg Technoz

“Sejumlah data terakhir jelas tidak membuat kami percaya diri dan memberi indikasi mungkin butuh waktu lebih lama untuk mencapai keyakinan itu. Dengan solidnya pasar tenaga kerja dan inflasi sejauh ini, maka menjadi layak (appropriate) untuk menerapkan kebijakan restriktif  lebih lama lagi dan melihat bagaimana data berkembang,” jelas Powell, seperti diwartakan Bloomberg News.

Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas tidak menguntungkan dalam iklim suku bunga tinggi.

Namun ke depan, prospek harga emas masih cerah. Deutsche Bank dalam risetnya memperkirakan harga emas bisa mencapai rata-rata US$ 2.400/troy ons pada kuartal IV-2024 dan US$ 2.600/troy ons pada kuartal IV-2025.

Analisis Teknikal

Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), emas memang masih bullish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 70,62. RSI di atas 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bullish.

Sementara indikator Stochastic RSI berada di angka 0. Sudah paling minimal, yang berarti sangat jenuh jual (oversold).

Oleh karena itu, harga emas berpeluang bangkit. Target resisten terdekat ada di US$ 2.369/troy ons. Jika tertembus, maka US$ 2.379/troy ons bisa menjadi target selanjutnya.

Sedangkan target support terdekat adalah US$ 2.349/troy ons. Penembusan di titik ini bisa membawa harga emas turun ke arah US$ 2.330/troy ons.

(aji)

No more pages