Sentimen yang mewarnai laju indeks Asia hari ini adalah datang dari data perekonomian terbaru Amerika Serikat yang keluar lebih baik juga lebih kokoh dari perkiraan pasar menambah skeptisisme tentang ‘Kapan’ pelonggaran kebijakan Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan dimulai.
Hal ini menyebabkan para pelaku pasar memperkirakan penurunan suku bunga yang lebih sedikit pada 2024 dibandingkan pejabat Bank Sentral itu sendiri.
"Suku bunga diperkirakan akan tetap tinggi lebih lama. Pendekatan yang lebih hati-hati dan taktis lebih disukai saat musim pendapatan berlangsung," jelas Craig Johnson di Piper Sandler, seperti yang diwartakan Bloomberg News.
Sentimen selanjutnya, meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah yang memicu investor untuk menghindari aset-aset berisiko, seperti saham. Pada penutupan pekan kemarin, Iran melakukan serangan balasan kepada Israel. Iran meluncurkan misil dan pesawat drone ke wilayah negara Israel.
Teheran menegaskan operasi militer itu sah dilakukan, sesuai dengan Piagam Perserikatan Bangsa-bangsa Pasal 51. Sebab, sebelumnya Israel menyerang kantor Kedutaan Besar Iran di Damaskus (Suriah).
"Risiko geopolitik kembali menjadi perhatian utama dengan serangan misil dan drone Iran ke Israel," kata Redmond Wong, Ahli Strategi Pasar di Saxo Capital Markets.
Kemudian, sentimen juga datang dari laju dan pergerakan indikator ekonomi China yang menggambarkan pemulihan ekonomi negara tersebut masih belum merata.
Meskipun Produk Domestik Bruto dan angka investasi aset tetap melampaui perkiraan, data Penjualan Ritel dan output industri tidak mencapai estimasi. Dampak tersebut meluap ke mata uang regional, dengan pengukur mata uang negara-negara berkembang jatuh ke level terendah tahun ini.
"Data China tampaknya kuat di permukaan, tetapi detailnya lemah," kata Charu Chanana, Kepala Strategi Valuta Asing di Saxo Markets Singapore. "Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian membutuhkan lebih banyak dukungan, dan pasar akan terus bersiap untuk yuan yang melemah."
(fad)