Proyeksi kebangkitan ekonomi China didasari oleh pertimbangan dorongan besar-besaran pada investasi infrastruktur, yang meningkatkan pertumbuhan konstruksi menjadi 10,7% pada 2023 dari perkiraan awal Woodmac sebesar 3,2%.
Kondisi itu akan memengaruhi ekonomi global dan mengangkat pertumbuhan menjadi 2,6% dari 2,2%.
Dalam skenario bullish, permintaan minyak China diestimasikan meningkat sebanyak 1,4 juta barel per hari, atau sekitar 400.000 barel lebih banyak dari asumsi dasar. Dengan kata lain, harga minyak mentah Brent diperkirakan naik US$ 3 hingga US$ 5 per barel menjadi rata-rata US$ 89,40 per barel pada 2023, papar Woodmac.
Dampak pada pasar gas akan lebih terasa lantaran permintaan China yang lebih kuat untuk kargo lintas laut mendorong persaingan memperebutkan pasokan pada saat tidak ada proyek baru yang ditugaskan sebelum 2025.
Dengan demikian, harga gas bisa naik menjadi US$ 25 per juta british thermal unit (MMBtu), dibandingkan dengan asumsi dasar US$ 15 hingga US$ 20 per MMBtu.
Untuk batu bara, proyeksi pemulihan China akan mendorong permintaan global ke tingkat rekor, sehingga berpotensi mengangkat harga patokan batu bara sebesar 37% di atas skenario dasar menjadi US$ 151 per ton, kata Woodmac.
Untuk logam—terutama baja, aluminium, dan tembaga—peningkatan konsumsi China diyakini akan mendukung pemulihan harga, dengan tambahan permintaan energi yang lebih tinggi dapat menyebabkan terulangnya gangguan pasokan listrik yang terlihat di seluruh China dan Eropa selama dua tahun terakhir.
(bbn)