Pabrik manufaktur di Zhejiang, Yiwu, berhenti produksi satu hingga dua pekan lebih awal dari biasanya pada tahun ini. Ini menjadi preseden dan perlu diantisipasi oleh para pebisnis dan pemerintah lokal agar efeknya pada perekonomian bisa tertakar.
Yiwu menjadi pusat perdagangan barang konsumsi ritel mulai dari perhiasan, furnitur rumah, mainan anak hingga peralatan elektronik. Kota ini selalu ramai dikunjungi pebisnis dan pembeli dari berbagai penjuru dunia yang mencari barang untuk diekspor. Namun, pekan lalu, kebanyakan toko sudah tutup.
Data resmi menunjukkan ada banyak gelombang resign di pasar tenaga kerja di mana angka partisipasi kerja menurun 1,1% pada Desember 2022. Di awal pandemi, kelangkaan tenaga kerja di pabrik-pabrik ini juga menjadi masalah.
Maklum, China menempuh lockdown wilayah tidak lama setelah libur Imlek 2020 berakhir. Ada banyak pekerja yang masih berada di kampung halaman dan tidak bisa kembali ke pabrik untuk bekerja. Butuh waktu tiga bulan sampai pabrik-pabrik itu bisa beroperasi normal.
Khusus Imlek tahun ini, pebisnis menempuh antisipasi agar tidak sampai terjadi kelangkaan pekerja akibat libur Imlek yang terlalu lama. Pabrik kerajinan Yiwu Chuangju Craftwork, misalnya, menawarkan insentif tambahan bagi pekerja yang kembali bekerja sebelum 5 Februari.
Ada juga perusahaan yang menawarkan insentif berupa subsidi perjalanan mudik dengan sistem reimbursement. Selain itu, mempekerjakan buruh temporer juga mereka tempuh.
Para pekerja di China sejatinya memang sudah tidak bisa lagi bersantai-santai mudik hingga berisiko kehilangan pekerjaan. Pasalnya, di China, jaminan sosial dibatasi dan pemerintah menahan diri dari penyaluran subsidi dana tunai selama pandemi. Pertumbuhan pendapatan yang melambat dan tingkat pengangguran yang tinggi menjadikan opsi bagi pekerja berupah rendah semakin terbatas.
Pabrik-pabrik di China juga tengah menghadapi risiko penurunan permintaan. Para pengusaha tidak yakin akan ada balas dendam belanja pasca pelonggaran restriksi wilayah. “Orang China selalu lebih senang menabungkan uangnya, lebih-lebih sekarang setelah melalui pandemi selama tiga tahun,” kata Li Chongqing, pemilik Yiwu Chuangju Craftwork.
Harapan masih tersisa pada pulihnya minat investor asing ke China yang diperkirakan bisa mengungkit lagi permintaan ekspor.
(rui/aji)