Edi Susianto menjelaskan terdapat perkembangan di global selama periode libur Lebaran 2024. Beberapa di antaranya adalah rilis data fundamental Amerika Serikat (AS) makin menunjukkan bahwa ekonomi Negeri Uncle Sam masih cukup kuat, seperti data inflasi dan penjualan ritel yang di atas ekspektasi pasar.
"Selain itu terdapat memanasnya konflik di Timur Tengah, khususnya konflik Iran dan Israel," ujar Edi.
Menurut dia, perkembangan tersebut menyebabkan makin kuatnya sentimen risk off atau penghindaran risiko dari pasar keuangan. Dengan demikian, mata uang negara-negara berkembang, khususnya Asia mengalami pelemahan terhadap dolar AS.
"DXY (indeks pasar uang) selama periode libur Lebaran menguat sangat signifikan yaitu dari 104 menjadi di atas 106, bahkan per pagi ini sudah mencapai angka 106,3," sebut Edi.
Selama libur lebaran, lanjut Edi, Pasar Non-deliverable forward (NDF) atau kontrak derivatis valuta asing rupiah di offshore sudah tembus di atas Rp16.000, tepatnya Rp16.100, sehingga rupiah dibuka di sekitar angka tersebut.
(lav)