Sementara target penguatan terdekat adalah Rp 15.800/US$. Penembusan di titik ini bisa membawa rupiah menguat lagi ke arah Rp 15.740/US$.
Adapun dalam tren jangka menengah (mid-term) rupiah masih ada potensi pelemahan lanjutan ke level Rp 16.200/US$.
Dolar Terlalu Kuat
Rupiah tidak sendiri karena mayoritas mata uang utama Asia juga takluk di hadapan dolar AS. Pada pukul 09:09 WIB, yen Jepang, yuan China, rupee India, won Korea Selatan, dolar Taiwan, baht Thailand, ringgit Malaysia, dolar Singapura, hingga peso Filipina terdepresiasi masing-masing 0,14%, 0,16%, 0,02%, 0,74%, 0,35%, 0,24%, 0,24%, 0,22%, dan 0,01%.
“Pelemahan rupiah akan lebih disebabkan oleh tren depresiasi mata uang regional ketimbang faktor domestik,” kata Wei Liang Chang, Macro Strategist di DBS Bank Ltd, seperti dikutip dari Bloomberg News.
Keperkasaan dolar AS ditopang oleh rilis data ekonomi terbaru. US Census Bureau mengumumkan penjualan ritel di Negeri Paman Sam naik 0,7% pada Maret dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Jauh di atas ekspektasi pasar dengan perkiraan pertumbuhan 0,3%.
Perkembangan ini membuat pelaku pasar makin skeptis bahwa Bank Sentral Federal Reserve bisa menurunkan suku bunga secara agresif. Kini, pasar memperkirakan Federal Funds Rate mungkin hanya bisa turun sekali tahun ini, hanya 25 basis poin (bps).
Akibatnya, dolar AS menjadi digdaya. Pada pukul 09:14 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan 6 mata uang utama dunia) menguat 0,09% ke 106,3070, tertinggi sejak Oktober tahun lalu.
(aji)