Sekarang AS harus memutuskan apakah akan membatasi TikTok, yang secara politis bukan kebijakan yang populer, atau menerima janji TikTok bahwa data warga AS dijaga dan bahwa penggunanya di AS tidak akan dimanipulasi oleh Partai Komunis China, yang sulit dipercaya oleh banyak anggota Kongres AS.
Angelo Zino, analis ekuitas senior di CFRA Research mengatakan Chew tidak mengatakan apa pun untuk meredakan kekhawatiran tentang data sensitif TikTok yang dikaitkan ke pemerintah China. Hal itu dapat membuat TikTok terkatung-katung dan di saat yang sama juga meningkatkan tekanan pada pejabat keamanan nasional dan pemerintah AS untuk mencapai resolusi.
Legislator dan regulator AS memiliki dua perhatian utama terkait TikTok yang disoroti pada Kamis: apakah kepemilikan TikTok oleh perusahaan China memberi risiko keamanan nasional dan bagaimana pengguna, terutama pemuda, dapat dipengaruhi oleh video yang mereka lihat di aplikasi tersebut.
Anggota parlemen telah memperkenalkan empat undang-undang yang bertujuan untuk melarang aplikasi tersebut karena risiko keamanan nasional, yang salah satunya mendapat dukungan dari Gedung Putih. Pemerintahan Presiden AS Joe Biden sedang melakukan peninjauan sendiri melalui Komite Investasi Asing di AS terkait hal ini.
Meski demikian, menurut Zino, kemungkinan diblokirnya TikTok hanya sekitara 35% hingga 45%. “Dengan tahun 2024 sebagai tahun politik, politisi perlu berhati-hati untuk melarang platform yang sangat populer."
Chew pada forum itu mencoba memperluas cakupan pembahasan menjadi tentang semua perusahaan media sosial dan bukan hanya TikTok. Ia mengatakan mendukung undang-undang data yang komprehensif, dengan mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan media sosial AS "tidak memiliki rekam jejak yang bagus" dalam hal privasi dan bahwa konten berbahaya untuk anak-anak adalah masalah industri.
Representatif dari Georgia, Buddy Carter pun menimpali argumen Chew dengan tegas. "Kita berbicara tentang TikTok," tandasnya.
Representatif Cathy McMorris Rodgers juga melempar pernyataan panas kepada Chew. Ia tidak memberi izin kepada Chew untuk menanggapi sejumlah seruan kritis dari anggota parlemen dengan mengatakan, "Waktu TikTok sudah habis."
Chew menolak untuk menjawab pertanyaan tentang apakah dia mendukung Amandemen Pertama (First Amendment) AS. Ia mengulangi bahwa dirinya berada di sana untuk menjawab pertanyaan tentang TikTok dan mengatakan aplikasi tersebut mendukung "kebebasan berekspresi."
“Apakah TikTok mendukung genosida?” tanya August Pfluger dari Texas dari Partai Republik, mengacu pada minoritas Uyghur di China.
"Tidak," kata Chew.
Di belakang Chew, hadir beberapa influencer TikTok yang mendukung kehadiran aplikasi ini di AS karena betapa pentingnya hal itu bagi kehidupan dan pekerjaan mereka.
“Saya mengerti apa yang diperdebatkan orang-orang di Kongres hari ini, dan tentunya ingin mendengar perspektif mereka dan mempelajari lebih lanjut tentang potensi bahaya apa pun,” kata Vitus Spehar, yang memiliki akun "UnderTheDeskNews" dengan 3 juta pengikut di TikTok.
“Tapi menurut saya, pengalaman pribadi saya adalah, ini adalah komunitas kami. Di sinilah kami bertahan dari pandemi bersama-sama.”
Chew pun mencoba menggunakan relevansi TikTok untuk kaum muda dan bisnis kecil di AS sebagai argumen mengapa aplikasi tersebut harus didukung.
Namun, menurut analis utama Insider Intelligence Jasmine Enberg, argumen itu malah memperkuat argumen anggota parlemen AS bahwa TikTok menimbulkan ancaman bagi keamanan nasional dan kaum muda. Ia mengatakan bahwa AS adalah pasar yang sangat menguntungkan bagi TikTok, namun setelah forum testimoni Chew itu, ia menilai, "Nasib TikTok di AS semakin goyah dari sebelumnya."
(bbn)