Israel menutup ruang udaranya untuk rute domestik dan internasional pada hari Sabtu, sebelum membukanya kembali pada Minggu pagi.
Yordania, Lebanon, dan Irak telah menutup sementara ruang udara mereka untuk penerbangan masuk, keluar, dan transit sebagai langkah pencegahan. Amman memperpanjang penutupan selama beberapa jam, mengutip risiko yang meningkat di kawasan tersebut, menurut media negara.
Ruang udara Iran sering digunakan oleh maskapai yang melakukan perjalanan antara Eropa dan India atau Asia Tenggara. Ruang udara di Timur Tengah dipenuhi dengan risiko dan kompleksitas.
Maskapai menghadapi serangkaian tantangan setelah invasi Rusia ke Ukraina memutus akses bagi banyak operator, memaksa pengalihan rute yang panjang yang masih berlangsung hingga hari ini.
Lebih awal dalam perang Israel melawan Hamas di Gaza, maskapai menghadapi banyak gangguan yang terutama terpusat di Tel Aviv, membatalkan penerbangan masuk atau keluar dari negara tersebut.
Pengalihan terbaru terjadi ketika Israel dan sekutunya, dipimpin oleh AS, menangkis respons Iran atas serangan yang diduga dilakukan oleh Israel terhadap kedutaan besar Iran di Suriah pada 1 April, yang menewaskan seorang komandan militer tinggi.
Iran mengatakan pada hari Sabtu bahwa pasukannya telah menyita sebuah kapal kontainer yang terkait dengan Israel di dekat Selat Hormuz.
Beberapa hari sebelumnya, Lufthansa, maskapai bendera Jerman, menangguhkan penerbangan ke Tehran, langkah yang diikuti oleh maskapai saudaranya, Austrian Airlines.
Qantas juga sementara menyesuaikan penerbangan langsungnya dari Perth ke London untuk berhenti di Singapura guna mengakomodasi bahan bakar tambahan yang diperlukan untuk mengalihkan rute mengelilingi kawasan yang tidak stabil.
Singapore Air menyatakan bahwa penerbangannya tidak melewati ruang udara Iran. Cathay Pacific Ltd. memantau situasi di Timur Tengah dengan cermat, namun operasinya tetap normal, kata seorang juru bicara dalam pesan teks pada hari Minggu.
(bbn)