Bloomberg Technoz, Jakarta - Kerajaan Arab Saudi merespons situasi terkini atas serangan balasan Iran ke fasilitas militer Israel, dimana secara geografis negara ini tepat berada di titik tengah kedua negara.
Dalam pernyataan terkini yang dipublikasikan, Minggu (14/4/2024), Kementerian Luar Negeri Arab Saudi meminta semua pihak untuk menahan diri.
“Kerajaan (Arab Saudi) mendesak semua pihak untuk menahan diri secara maksimal dan melindungi kawasan dan rakyatnya dari bahaya perang,” tulis dalam sebuah siaran pers.
Kemlu Arab Saudi kembali menegaskan kembali sikap Kerajaan bahwa penting untuk mencegah terjadinya krisis akibat perang. Arab Saudi juga meminta Dewan Keamanan PBB untuk memenuhi tanggung jawabnya dalam menjaga perdamaian dan keamanan internasional.
Situasi panas di Timur Tengah, lanjut Kemlu Arab Saudi, menjadi kekhawatiran lebih karena berpotensi meluas.
“Dewan harus bertindak untuk mencegah krisis meningkat, yang akan memiliki konsekuensi serius jika meluas,” tulis Mofa.

“Wilayah ini sangat penting bagi perdamaian dan keamanan global.”
Peringatan eskalasi konflik Iran vs Israal telah nyaring terdengar sejak tengah pekan ini. Apa yang dilakukan Teheran diklaim sebagai aksi balasan atas serangan di Damaskus.
Diketahui serangan 1 April di Suriah yang menewaskan beberapa perwira Iran. Dan, benar saja perang terbuka Iran vs Israel telah ketakutan akan konflik regional.
Kilas Balik Iran - Israel
Satu-satunya preseden Iran menyerang wilayah Israel terjadi pada 2018, ketika Teheran menembakkan roket dari Suriah ke posisi di Dataran Tinggi Golan.
Perincian kemampuan Iran saat ini yang tercantum dalam penilaian Badan Intelijen Pertahanan AS yang dirilis dengan sedikit keriuhan pada tanggal 11 April menunjukkan bahwa setiap serangan Iran terhadap Israel kemungkinan besar merupakan kombinasi rudal dan kendaraan udara tak berawak, atau drone.
“Kekuatan rudal Teheran makin diperkuat dengan UAV Iran dan berfungsi sebagai pencegah konvensional utama rezim terhadap serangan terhadap personel dan wilayahnya,” kata badan tersebut. Ia menambahkan bahwa Iran memiliki “persediaan besar” rudal balistik dan jelajah yang mampu menyerang sasaran sejauh 2.000 kilometer, atau sekitar 1.250 mil – menempatkan Israel dalam jangkauannya.
Pesawat tempur Israel diperkirakan akan melakukan serangan balik, termasuk armada pesawat siluman F-35I Adir dan pesawat tempur F-15I non-siluman. Sebuah F-35 membuat sejarah penerbangan ketika Angkatan Udara Israel mengumumkan pada bulan November bahwa mereka telah menembak jatuh sebuah rudal jelajah dari tenggara menuju wilayah udara Israel.
Israel mengacak sinyal navigasi di wilayah metropolitan Tel Aviv awal bulan ini sebagai persiapan menghadapi serangan Iran, yang menunjukkan kemampuannya.
Kemungkinan lainnya adalah perang siber. Lebih dari satu dekade yang lalu, malware yang dikenal sebagai Stuxnet menyusupi operasi di fasilitas pengayaan nuklir Iran yang diduga merupakan operasi AS dan Israel. Iran juga melancarkan serangannya sendiri, termasuk peretasan yang berupaya melumpuhkan komputer dan aliran air di dua distrik Israel, menurut Dewan Hubungan Luar Negeri.
(dov/wep)