“Rupiah menguat kencang pagi ini sepertinya efek inflow [arus dana asing masuk] yang deras,” kata Lionel.
Selain faktor Fed dan situasi di Amerika, rupiah juga diperkirakan terdongkrak peralihan minat dana asing dari pasar obligasi negara maju. Krisis yang menimpa Credit Suisse yang akhirnya diakuisisi oleh UBS Group AG telah menyeret kejatuhan obligasi AT-1. Ada peluang capital outflow dari AT-1 pasar obligasi di negara maju yang nilai pasarnya mencapai US$ 250 miliar.
“Ada peluang dana para pemodal global itu akan dialihkan ke pasar obligasi indonesia terutama di SBN (INDOGB),” kata Lionel.
Sampai 17 Maret lalu, posisi kepemilikan asing di Surat Berharga Negara mencapai Rp 805,78 triliun.
Menurut analisis Divisi Riset Bloomberg Technoz, secara teknikal nilai rupiah berhasil breakout resistance dan berpotensi melanjutkan penguatan ke bawah Rp 15.150/US$. Saat ini rupiah memiliki support baru pada area Rp 15.210/US$ dan resistance baru pada area Rp 15.147/US$.
- Dengan asistensi M Julian Fadli -
(rui)