Dalam kesempatan itu, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi turut menjelaskan alasan KM 429 di Semarang menjadi titik kritis yang biasanya menyebabkan pengemudi lelah dan berujung kecelakaan.
Menurutnya, jalur pada jalan tol tersebut relatif lurus tanpa adanya ruas jalan yang berkelok-kelok dan jalanan tidak terlalu besar. “Jalannya lurus relatif tidak besar dan monoton jadi titik lelah,” katanya.
Sedangkan di KM 66 Tol Japek, Budi mengatakan wilayah ini menjadi titik rawan kemacetan akibat menjadi titik pertemuan beberapa jalan sehingga berbagai kendaraan bertemu pada wilayah ini.
“Oleh karenanya pengendara pribadi harus hati-hati disitu, kalau lelah berhenti atau masuk Cirebon, masuk Tegal, dsb. Kendaraan umum demikian harus mengendalikan atau memikirkan bagaimana keselamatan itu,” kata Budi.
Selanjutnya, Aan mengungkap beberapa wilayah di jalan arteri yang menjadi titik krusial. Seperti di jalur Pejagan-Klonengan di Jawa tengah (Jateng), kemudian Lingkar Gentong, Tasikmalaya di Jawa Barat (Jabar).
Ia menyebut, pihaknya telah memberlakukan skema one way sebanyak 66 kali pada jalur Lingkar Gentong, Tasikmalaya saat arus mudik kemarin.
“Di arteri sendiri di pantura semua titik krusial sudah ada pos, ketika arus mudik ini cukup lancar untuk Pantura baik dari Jakarta, maupun ke arah Jakarta,” kata Aan.
Sebagai tambahan, Menhub Budi Karya pada pemaparan awalnya juga menyebut beberapa beberapa titik-titik kritis yang rawan terjadi kemacetan, seperti wilayah Salatiga -Semarang yang rawan terjadi kemacetan akibat menjadi titik pertemuan kendaraan dari wilayah Jogja, Solo, Ngawi, Madiun, hingga Demak.
"Yang paling kritikal dari pengalaman tahun lalu adalah di daerah Salatiga sampai Semarang, karena dari Jogja, dari Solo, dari Ngawi, dari Madiun itu menumpuk di sana, bahkan dari Demak, dan sebagainya,” kata Budi saat awal pemaparan konferensi pers.
(azr/ain)