Sebelumnya TSMC terkena dampak dari penurunan smartphone dan komputer pasca pandemi Covid–19.
TSMC menganggarkan belanja modal sebesar US$28 miliar hingga US$32 miliar (sekitar Rp 442 triliun— Rp505 triliun), dengan estimasi pendapatan perusahaan bertumbuh setidaknya 20% di 2024.
Perkiraan yang membalikkan sedikit penurunan pada tahun sebelumnya.
Perusahaan terbesar di Asia ini memiliki nilai lebih dari dua kali lipat sejak penurunan pada Oktober 2022, karena investor bertaruh pada permintaan berkelanjutan untuk cip AI canggih yang dibuat TSMC untuk kliennya, termasuk Nvidia.
Pencapaian turut mengimbangi kekhawatiran yang masih ada tentang apakah kemerosotan smartphone global telah berakhir. TSMC dijadwalkan untuk melaporkan pendapatan penuh pada 18 April.
TSMC pada bulan Januari mengatakan bahwa pendapatan AI-nya tumbuh sebesar 50% per tahun. Selanjutnya TSMC sedang membangun pabrik di AS, Jepang, dan Jerman, seiring dengan perlombaan untuk membuat cip AI yang digunakan di pusat data.
Pusat data adalah bisnis paling menarik karena menjadi target operasi pengembangan perusahaan-perusahaan besar bidang internet, seperti Amazon.com Inc dan Microsoft Corp.
Sinyal pemulihan pasar yang lebih luas juga mulai terlihat. Laba perusahaan rival TSMC di Asia, Samsung Electronics Co juga melonjak tajam pada kuartal pertama — sebagian mencerminkan perubahan haluan di divisi semikonduktor perusahaan yang sangat penting.
Meski begitu, beberapa investor telah memperingatkan bahwa tingkat permintaan cip AI saat ini tetap berisiko dalam jangka panjang.
Pihak lain menyampaikan untuk tetap waspada, mengingat ketidakpastian yang menyelimuti Selat Taiwan, perairan sempit antara daratan China dan sebuah pulau yang dianggap sebagai provinsi yang memisahkan diri oleh Beijing.
Kemudian, Apple - pelanggan terpenting TSMC - sedang berjuang untuk meningkatkan penjualan iPhone terutama di China, di mana Huawei Technologies Co mencoba merebut pasar smartphone kelas atas dari perusahaan yang bermarkas di Cupertino, California tersebut.
(bbn)