Sektor industri, lanjut laporan ADB, juga masih solid. Di Indonesia (dan juga Filipina), yang paling menonjol adalah sektor pertambangan dan konstruksi.
Tantangan bagi Indonesia, tambah laporan ADB, adalah dari sisi pengendalian harga. Adalah harga beras yang menjadi momok dalam ‘menjinakkan’ inflasi.
“Inflasi harga beras di Filipina, Indonesia, India, dan Timor Leste naik sampai 2 digit,” ungkap laporan tersebut.
Tantangan lain bagi Indonesia adalah harga komoditas. Setelah lonjakan pada 2022, harga komoditas cenderung turun.
“Harga yang lebih rendah tentu mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia, terutama harga baru bara. Ekspor batu bara berkontribusi sekitar 15% dari total ekspor,” tulis laporan ADB.
Seiring booming harga komoditas yang mereda pada 2023, demikian laporan ADB, ekonomi Indonesia pun melambat. Kini Indonesia mengandalkan permintaan domestik.
Sementara peluang bagi Indonesia akan datang dari sektor pariwisata. Pasca pandemi Covid-19, turis mulai kembali berdatangan.
“Turis dari Eropa juga terlihat mendatangi Fiji, Vietnam, Singapura, dan Indonesia,” sebut laporan ADB.
Laporan ADB juga menyinggung soal pemerintahan baru. Dalam Pemilu 2024, pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka sudah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai pemimpin Indonesia 2024-2029.
“Pemerintah baru kemungkinan akan meneruskan apa yang dilakukan pemerintahan saat ini. Pemerintahan baru akan terus memperbaiki iklim investasi dan manajemen keuangan,” sebut laporan ADB.
Transisi kekuasaan yang mulus, demikian laporan ADB, akan meningkatkan kepercayaan pelaku usaha dan berujung pada peningkatan investasi.
“The Fed (Federal Reserve, bank sentral Amerika Serikat/AS) juga kemungkinan tidak akan menaikkan suku bunga lagi, dan mungkin akan menurunkannya pada tahun ini. Untuk 2025, kemungkinannya lebih membaik (upside) karena situasi global akan lebih stabil,” tulis laporan ADB.
(aji/wdh)