Sudah 3 bulan inflasi berada di atas ekspektasi pasar.
Investor kini memperkirakan The Fed hanya akan menurunkan suku bunga acuan 2 kali tahun ini, dimulai pada September mendatang. Ini kurang dari dot plot The Fed terbaru, yang mengindikasikan penurunan 3 kali sepanjang 2024. Pada awal tahun ini, bahkan pasar memperkirakan Federal Funds Rate bisa turun sampai 6 kali.
“Anda bisa ucapkan selamat tinggal buat penurunan suku bunga acuan pada Juni. Tidak ada perkembangan, kita berjalan di arah yang salah.
“The Fed belum selesai dalam memerangi inflasi, dan suku bunga akan tetap higher for longer. Kami bahkan memperkirakan The Fed tidak akan menurunkan suku bunga tahun ini,” papar Torsten Slok dari Apollo Global Management.
Lawrence ‘Larry’ Summers, mantan menteri keuangan AS, bahkan berani menyebut bahwa “arah suku bunga selanjutnya adalah naik dan bukan turun merpakan kemungkinan yang patut dipertimbangkan secara serius”. Kemungkinan ke arah sana adalah 15-25%, katanya dalam wawancara dengan David Westin di acara Wall Street Week yang disiarkan Bloomberg Television.
Di Asia, rilis data hari ini mencakup ekspektasi inflasi Australia, inflasi tingkat konsumen dan produsen China, dan perdagangan internasional Filipina. Pasar di Indonesia, Malaysia, India, Pakistan, Sri Lanka, dan Bangladesh masih tutup.
Sementara nilai mata uang yen Jepang menguat setelah terdepresiasi ke level terdalam sejak 1990. Pelemahan yen membuat pasar berspekulasi bahwa otoritas mungkin akan masuk ke pasar untuk melakukan stabilisasi.
Sedangkan harga minyak melanjutkan reli akibat friksi di Timur Tengah. Harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) naik lebih dari 1% kemarin setelah kabar AS dan sekutunya meyakini bahwa serangan misil atau pesawat tanpa awak (drone) oleh Iran ke Israel adalah hal yang tidak bisa terhindarkan.
(bbn)