Josua menyebut pemerintah perlu mulai merancang kebijakan untuk membantu daya beli kelas menengah dan segera menurunkan inflasi pangan. Ia berpandangan, jika inflasi pangan masih tinggi maka dampak yang diberikan oleh momen Ramadan dan Lebaran bisa terganggu.
“Karena jika tidak, maka kemungkinan momentum Ramadan dan Lebaran di mana tidak hanya primer, melainkan konsumsi sekunder dan tersier akan naik, bisa menjadi terganggu karena faktor inflasi pangan,” jelasnya.
Selain itu, ia menilai tantangan ekonomi yang dihadapi selama periode Ramadan adalah pengendalian inflasi pangan. Pasalnya saat permintaan meningkat akibat momen tersebut, persediaan beberapa bahan pangan justru terganggu akibat fenomena El Nino, cuaca ekstrim, dan terganggunya jalur distribusi.
Untuk diketahui, peredaran uang saat momen Lebaran 2024 diprediksi bisa mencapai Rp157,3 triliun. Hal ini diungkap oleh, kalangan pengusaha yang tergabung di bawah payung Kamar Dagang Indonesia (Kadin).
Angka itu didapatkan dari asumsi jumlah kepala yang mudik sebanyak 193,6 juta orang atau sekitar 48,4 juta keluarga, di mana setiap keluarga diperkirakan menghabiskan uang Rp3,25 juta.
Perhitungan itu bisa lebih besar mengingat asumsi nilai belanja tersebut memakai angka moderat.
(azr/wep)