“Sunan Kalijaga akan mengadopsi ketupat sebagai simbol hari raya Idulfitri. Pengadopsian ini dinilai berhasil karena tidak lama kemudian Islam akan diterima secara luas oleh masyarakat Jawa,” tulis situs resmi Wonderful Indonesia Kemenparekraf, dikutip Rabu (10/4/2024).
Lebih lanjut, makanan yang kerap muncul saat Lebaran ini memiliki beberapa filosofi dan ragam makna, sampai dikatakan sebagai salah satu lambang hari raya Idulfitri.
Disebutkan bahwa ketupat memiliki dua arti, yaitu ‘ngaku lepat’ yang berarti mengakui kesalahan. Serta, ‘laku papat’ adalah gambaran empat sisi dari bentuk ketupat ini.
Tak hanya itu, setiap sisi ketupat juga dikatakan memiliki penamaan dan arti filosofinya masing-masing.
- Satu sisi ketupat diberi nama Lebaran yang memiliki makna berakhirnya puasa dan terbukanya pintu maaf.
- Sisi kedua, dinamakan Luberan yang berarti kelimpahan dan sedekah kepada yang membutuhkan.
- Sisi Ketiga, dinamakan Leburan yang memiliki arti sudah habis dan lebur, dimana dosa dan kesalahan akan melebur habis.
- Terakhir, sisi keempat dikenal dengan sebutan Laburan yang dikatakan memiliki arti kesucian lahir dan batin.
“Di luar keserbagunaannya untuk disantap bersama masakan lainnya, Ketupat mempunyai dua arti, yaitu “ngaku lepat” yang berarti mengakui kesalahan, serta “laku papat” yang menggambarkan empat sisi dari hidangan legendaris ini, tulisnya.
Masih terdapat beberapa arti filosofis lainnya yang berkaitan dengan ketupat. Seperti yang dijelaskan dalam situs resmi Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPAN-RB).
Pada awalnya Sunan Kalijaga memperkenalkan dua istilah ba’da atau bakda, yakni Bakda Lebaran dan Bakda Kupat (ketupat dalam bahasa Jawa).
Serupa dengan penjelasan sebelumnya, disebutkan pula bahwa dalam filosofi Jawa, ketupat memiliki makna ‘Ngaku Lepat’ dan ‘Laku Papat’. Kedua istilah tersebut memiliki arti kesalahan dan empat tindakan.
“Tradisi sungkeman menjadi implementasi ngaku lepat (mengakui kesalahan) bagi orang Jawa. Adapun Laku Papat terdiri dari Lebaran, Luberan, Leburan, Laburan,” katanya.
Sementara itu, janur atau daun kelapa yang membungkus ketupat diambil dari bahasa Arab ‘Ja'a nur’ yang disebutkan memiliki arti telah datang cahaya. Selain itu, bentuk segi empat ketupat diibaratkan sebagai hati manusia.
“Saat orang sudah mengakui kesalahannya maka hatinya seperti kupat yang dibelah, pasti isinya putih bersih, hati yang tanpa iri dan dengki. Kenapa? karena hatinya sudah dibungkus cahaya (ja'a nur),” tulisnya.
(azr/wep)