Stimulus ini sempat tertunda beberapa bulan karena perbedaan pendapat seputar pembiayaannya. Beberapa pejabat bank sentral dan kubu oposisi menolak pemberian BLT, menyebut bahwa akan menyebabkan dampak inflasi dan pembengkakan utang pemerintah.
Pemerintah memberi koridor bahwa BLT hanya boleh dipakai untuk membeli barang dan jasa yang sudah ditentukan, waktu yang sudah ditentukan, dan daerah yang sudah ditentukan. Ini menjadi program unggulan (flagship) dari Partai Pheu Thai, yang saat ini memimpin koalisi pemerintahan.
PM Srettha menegaskan bahwa BLT ini “sangat dibutuhkan” karena ekonomi Thailand tumbuh di bawah 2% dalam dekade terakhir. Thailand juga disebut menghadapi masalah pemulihan ekonomi yang tidak merata usai pandemi Covid-19, ditambah lagi suku bunga tinggi.
Srettha, yang juga menjabat sebagai Menteri Keuangan, mendorong kebijakan fiskal yang lebih longgar untuk mengangkat ekonomi. Pekan lalu, kabinet menyetujui rencana pelebaran defisit anggaran untuk tahun depan.
Sejumlah lembaga pemeringkat (rating agency) memberi wanti-wanti bahwa stimulus yang dibiayai dengan utang berisiko mengancam konsolidasi fiskal. Mata uang baht yang awalnya menjadi salah satu yang terbaik di Asia pada kuartal IV-2024 kini menjadi yang terlemah seiring investor terus menarik dana keluar Thailand, baik di pasar saham maupun obligasi.
(bbn)