"Pelaku usaha sudah mengantisipasi dengan peningkatan kinerja produksi, stok barang, dan peningkatan kelancaran distribusi barang ke pasar. Dengan demikian, PMI manufaktur Maret bisa terlihat setinggi saat ini. Kami berharap dengan langkah-langkah tersebut dan langkah-langkah promosi lainnya kinerja usaha dimaksimalkan dengan ‘riding’ momentum konsumsi Ramadan-Lebaran ini," kata Shinta.
"Kami selalu menekankan bahwa ekspansi kinerja usaha sektor manufaktur yang sustainable dan cepat sangat tergantung pada perhitungan daya saing iklim usaha/investasi nasional. Selain itu, industri nasional pun perlu didukung untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas produknya agar bersaing dengan impor di dalam negeri dan dengan produk negara lain di pasar ekspor," sambungnya.
Sejak pandemi Covid-19, Shinta melihat Indonesia sebenarnya memiliki potensi pertumbuhan industri yang baik berkat stabilitas makroekonomi dan pertumbuhan permintaan dari pasar domestik.
Untuk itu, dia menekankan perlunya perbaikan daya saing iklim usaha dan investasi di sektor manufaktur nasional secara berkelanjutan agar momentum positif ini dapat menciptakan pertumbuhan industrialisasi.
"Karena itu, potensi pertumbuhan ini perlu disokong dengan perbaikan daya saing iklim usaha atau investasi di sektor manufaktur nasional yang terus menerus agar momentum yang baik ini dapat menciptakan pertumbuhan industrialisasi yang lebih cepat dan lebih berkelanjutan ke depannya, bukan hanya pertumbuhan yg sifatnya seasonal atau sementara," tuturnya.
Sebagai informasi, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menjelaskan PMI manufaktur Indonesia pada Maret berada di level tertinggi selama 2,5 tahun.
Indeks ini berasal dari laporan S&P Global yang mencatat PMI Manufaktur pada Maret berada di level 54,2 atau naik 1,5 poin dibandingkan dengan capaian Februari yang menyentuh angka 52,7.
Tak hanya itu, kinerja PMI manufaktur Indonesia pada Maret 2024 menurut Agus lebih baik dibandingkan dengan PMI manufaktur negara-negara lain seperti; Malaysia 48,4, Thailand 49,1, Vietnam 49,9, Jepang 48,2, Korea Selatan 49,3, Jerman 41,6, Prancis 45,8, serta Inggris di 49,9
(prc/wdh)