“Momentum beli secara teknikal akan berlanjut di pasar emas. Kecuali laju inflasi kemudian lebih cepat dari perkiraan. Jika inflasi melambat, maka harga emas bisa mencapai US$ 2.400/troy ons,” tegas Phillip Streble, Chief Market Strategist di Blue Line Futures, seperti dikutip dari Bloomberg News.
Saat inflasi lebih terkendali, maka terbuka ruang bagi bank sentral di berbagai negara untuk menurunkan suku bunga acuan. Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset), sehingga lebih diuntungkan dalam iklim suku bunga rendah.
“Dengan prospek penurunan suku bunga, maka reli harga emas sudah masuk di radar,” sebut catatan World Gold Council.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), emas memang masih bullish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 83,68.
RSI di atas 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bullish. Namun perlu diperhatikan, RSI di atas 70 juga menjadi tanda sudah masuk area jenuh beli (overbought).
Sementara indikator Stochastic RSI berada di 96,46. Juga sudah overbought, karena di atas 80.
Oleh karena itu, risiko koreksi harga emas pun meninggi. Target support terdekat adalah US$ 2.333/troy ons. Jika tertembus, maka US$ 2.292/troy ons bisa menjadi target selanjutnya.
Sedangkan target resisten terdekat adalah US$ 2.369/troy ons. Penembusan di titik ini bisa membawa harga emas naik lagi ke US$ 2.374/troy ons.
(aji)