Logo Bloomberg Technoz

Aksi korporasi tersebut diyakini dapat mengakhiri pergolakan selama bertahun-tahun di perusahaan Jepang yang terkenal setelah serangkaian skandal menjerumuskannya ke dalam kesulitan. 

Manajemen Toshiba, Pemerintah Jepang, serta sebagian besar pemegang saham asing selalu berselisih tentang masa depan perusahaan. Para investor aktif berusaha memaksimalkan pengembalian (return), sebaliknya negara berjuang untuk mencegah teknologi dan bisnis sensitif Toshiba jatuh ke tangan asing.

“Memiliki resolusi di sini akan menjadi positif, karena salah satu masalah Toshiba adalah kurangnya strategi yang konsisten akibat perubahan arah yang konstan terjadi. Namun, masih ada beberapa pekerjaan yang harus dilakukan dalam hal membangun pendorong pertumbuhan baru dan memaksimalkan potensi beberapa bisnis baru,” kata Mio Kato, analis LightStream Research.

Kisah Toshiba telah menjadi preseden bagi tata kelola perusahaan di Jepang karena daftar investor aktivis terkemuka melihat peluang dan mengambil saham di perusahaan tersebut. Mereka termasuk Elliott Management Corp. milik miliarder Paul Singer; Oasis Management Co. milik Seth Fischer; serta Effissimo Capital Management Pte dan 3D Investment Partners Pte.

Beberapa firma ekuitas swasta terbesar di dunia juga mempertimbangkan untuk melakukan penawaran pembelian, termasuk Bain Capital, CVC Capital Partners, dan KKR & Co.

Toshiba Corp. (Dok. Bloomberg)

Sekadar catatan, bisnis tenaga nuklir Toshiba dianggap penting untuk keamanan nasional. Mereka terlibat dalam penonaktifan pembangkit listrik tenaga atom Fukushima Dai-Ichi, yang hancur akibat gempa bumi, tsunami, dan kehancuran nuklir pada 2011. Hal itu mempersulit Pemerintah Jepang untuk menerima gagasan pengalihan kepemilikan ke perusahaan luar negeri.

Jika proses buyout berhasil, manuver itu akan menandai salah satu transaksi Asia terbesar tahun ini di tengah anjloknya pertumbuhan volume kesepakatan. Ini juga akan menjadi salah satu pembelian yang dipimpin oleh ekuitas swasta terbesar di Jepang.

Bagaimanapun, jalan menuju kesepakatan dewan jauh dari mulus. Bloomberg News sebelumnya melaporkan kelompok yang dipimpin JIP menghadapi kendala dalam mengamankan pembiayaan karena bank menjadi lebih berhati-hati dalam menyediakan dana untuk transaksi besar di lingkungan ekonomi yang kurang menguntungkan.

Toshiba telah terhuyung-huyung dari satu bencana ke bencana lainnya selama delapan tahun terakhir, dimulai dengan skandal akuntansi pada 2015 yang menghancurkan keuntungan dan menyebabkan restrukturisasi seluruh perusahaan. 

Penguraian selanjutnya dari perampokan yang mahal ke dalam bisnis tenaga nuklir di AS menyebabkan penurunan nilai sebesar US$ 6,3 miliar dan membuatnya terseret ke ambang delisting. Toshiba terpaksa menjual unit cip memorinya dan menawarkan saham yang diambil oleh investor asing.

Sejak itu, pemilik saham dan direksi berselisih tentang masa depan perusahaan. Ketika Effissimo meminta pada 2020 untuk menempatkan salah satu pendiri dan kandidat lainnya di dewan Toshiba, pemegang saham menolaknya. 

Curiga tentang bagaimana pemungutan suara dilakukan, Effissimo mengusulkan agar investigator independen ditunjuk untuk menyelidikinya, hingga akhirnya memenangkan pemungutan suara pemegang saham penting pada 2021. Laporan dari penyelidikan tersebut mengindikasikan bahwa manajemen Toshiba bekerja sama dengan sekutu pemerintah untuk memengaruhi hasil.

Awal tahun lalu, pemegang saham juga menolak proposal manajemen untuk membagi perusahaan menjadi dua, yang diajukan sebagai alternatif untuk menjual konglomerat ke ekuitas swasta, yang diminta oleh investor. 

Kegagalan rencana itu memicu pencarian opsi strategis untuk masa depan Toshiba, termasuk kemungkinan penjualan. JIP terpilih sebagai penawar pilihan pada bulan Oktober.

JIP yang berbasis di Tokyo didirikan pada 2002 oleh Hidemi Moue, yang masih menjabat sebagai kepala eksekutif dana pembelian. Dia memulai karirnya di Industrial Bank of Japan Ltd., yang merupakan salah satu perusahaan yang bergabung membentuk Mizuho Financial Group Inc. pada tahun 2000. 

JIP telah terlibat dalam mengukir bisnis yang dianggap pinggiran oleh orang tuanya, dan dikenal membeli PC pembuat Vaio Corp. dari Sony Group Corp. pada 2014.

--Dengan asistensi dari Min Jeong Lee.

(bbn)

No more pages