Laporan nonfarm payrolls yang mencerminkan data penggajian tenaga kerja di AS pada Jumat lalu mencatat angka jauh lebih tinggi, melampaui perkiraan pasar. Sementara pada saat yang sama, tingkat pengangguran AS pada Maret juga turun jadi 3,8% dari bulan sebelumnya 3,9%.
Data-data itu membuat pasar semakin khawatir bahwa peluang The Fed menurunkan bunga kian pupus karena ekonomi AS yang kuat bisa memicu inflasi kembali bangkit sehingga pelonggaran moneter sulit dilakukan.
Sementara pasar saham justru tidak merasakan ketakutan yang sama. Indeks saham di Wall Street ditutup menguat signifikan. S&P 500 ditutup menguat 1,1%, Nasdaq naik 1,24% dan Dow Jones ditutup menguat 0,8%.
Investor saham di seluruh dunia saat ini dinilai tengah mencapai level bullish yang ekstrem di hampir seluruh dunia bahkan di pasar negara berkembang yang tertinggal juga akhirnya menguat pada minggu lalu, menurut analisis Bloomberg Intelligence.
"Namun hati-hati, sejarah menunjukkan bahwa tingkat optimisme seperti itu bisa menjadi sinyal akan segera terjadi koreksi. Pertanda bahwa kecemasan investor sedang rendah dan kemungkinan harus kembali ke nilai tengah terlihat dari korelasi antara imbal hasil ekuitas di Indeks MSCI ACWI yang mencapai titik terendah dalam empat tahun pada bulan Maret." jelas Equity Strategist Bloomberg Intelligence Gillian Wolff dalam catatannya, Ahad (7/4/2024).
Kenaikan harga saham baru-baru ini didukung oleh faktor fundamental menyusul kinerja pendapatan korporasi yang membaik untuk pertama kalinya dalam enam bulan di pasar saham negara maju di luar AS.
Sementara itu, MSCI ACWI (All Country World Index) adalah indeks saham global yang mengukur saham-saham dari 23 negara maju dan 24 negara berkembang, terdiri atas MSCI World (negara maju) dan MSCI Emerging Markets (negara berkembang).
"Indeks MSCI ACWI terus meningkat semakin mahal meski pertumbuhan terakhir tersebut didorong oleh saham-saham dengan bervaluasi rendah yang lebih murah, ketika saham bervaluasi tinggi mencatat valuasi yang datar," jelas Wolff.
(rui)