Sumatra Selatan menjadi wilayah dengan kenaikan permintaan bensin tertinggi yaitu sebesar 27%; disusul Lampung 26%; Bengkulu dan Nusa Tenggara Timur 23%; Bali, Bangka Belitung, dan Nusa Tenggara Barat 16%.
Selanjutnya, kenaikan permintaan BBM di Jawa Barat dan Jawa Tengah 13%, DI Yogyakarta dan Jawa Timur 12%, Banten 9%, dan DK Jakarta 6%.
Adapun, Nusa Tenggara Timur menjadi wilayah dengan penambahan konsumsi tertinggi jenis solar dengan kenaikan sebesar 24%; disusul Bengkulu dan DK Jakarta 19%; Sumatra Selatan 17%; Banten 14%; Jawa Barat 13%; Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat 11%; Jawa Timur 8%; Bangka Belitung 7%; Lampung 6%; dan Bali 3%.
Sebaliknya DI Yogyakarta, permintaan BBM jenis solar turun 9% dan Jambi -7%.
"Khusus sektor industi, konsumsi solar turun drastis 22%, tetapi pada armada laut naik 17%," jelas Arifin.
Arifin menambahkan, selain ketersedian BBM di jalur mudik, pergerakan kendaraan pada destinasi wisata juga menjadi salah satu yang perlu diantisipasi dan terpenuhi.
Kendati demikian, pengawasan yang terintegrasi berbasis digital, seperti implementasi kode QR harus dikawal ketat agar penyaluran BBM bisa sesuai dengan yang sudah ditentukan.
Di samping BBM, pergerakan grafik konsumsi juga nampak dari pemanfaatan Avtur yang melonjak hingga 15% dan liquified petroleum gas (LPG) sektor rumah tangga sebesar 2,1%.
Di sisi lain, Menteri ESDM meminta kepada PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) siap sedia memastikan pasokan listrik tidak mengalami gangguan selama masa liburan Idulfitri berakhir.
Apabila terjadi gangguan, proses penanganan dan komunikasi harus dilakukan secara intens.
"Tidak boleh ada kegiatan Lebaran yang terganggu karena listriknya padam di ruang publik, baik di tempat ibadah, rumah sakit, bandara, stasiun, alun-alun, maupun pusat kegiatan masyarakat lainnya. Saya minta tim Satgas RAFI [Ramadan-Idulfitri] tetap siaga. Kalau ada masalah, tolong segera komunikasikan dengan baik," ujarnya.
(wdh)