Olivia Poh - Bloomberg News
Bloomberg - Perusahaan fintech Kredivo Holdings mendapatkan pendanaan sekitar US$ 270 juta (Rp 4,14 triliun) dari investor. Ini melawan tren di pasar di mana banyak perusahaan rintisan (startup) sulit mendapatkan pendanaan atau disebut dengan istilah Tech Winter
Perusahaan Singapura yang dulu dikenal dengan nama FinAccel Pte itu adalah operator aplikasi Kredivo dan Krom Bank Indonesia. Kredivo Holdings berhasil memperoleh pendanaan dari konsorsium yang dipimpin oleh Mizuho Financial Group Inc, seperti dikutip dalam pernyataan tertulis. Perseroan tidak menyebutkan valuasinya.
Investor Kredivo Holdings yang ada saat ini antara lain Square Peg Capital, Jungle Ventures, dan Naver Corp yang berpartisipasi di putaran Seri D.
Pendanaan ini menunjukkan bahwa sebagian startup masih bisa menemukan pemodal meski industrinya sedang bergelut dengan kenaikan suku bunga, inflasi, dan perlambatan di sektor teknologi. Investor, yang sebelumnya royal menulis cek, kini lebih pemilih.
Pendanaan yang didapat Kredivo Holding menjadi yang terbesar di Asia sejak kejatuhan Silicon Valley bank (SVB) yang mengejutkan ekosistem startup.
Tahun lalu, Kredivo Holdings mencari pendanaan dengan valuasi perusahaan sebesar US$ 1,5 miliar (Rp 23,02 triliun) setelah rencana mergernya gagal. Sebelumnya, Kredivo Holdings sempat mencapai valuasi US$ 2 miliar (Rp 30,69 triliun).
Kredivo Holdings akan menggunakan pendanaan ini untuk meningkatkan kehadiran di gerai-gerai fisik dan berekspansi ke sisi bank digital di Indonesia, pasar yang sangat kompetitif. Demikian diungkapkan Abhijay Sethia, Head of Strategy Kredivo Holdings, dalam sebuah wawancara.
Kredivo Holdings melakukan ekspansi secara agresif di Indonesia, negara berpenduduk sekitar 273 juta jiwa yang banyak di antaranya tidak memiliki akses ke rekening perbankan dan kartu kredit. Kredivo menawarkan pinjaman dan layanan pembayaran, sehingga mampu bersaing dengan kompetitor seperti e-commerce, ride hailing, dan game, kata Sethia.
“Apa yang dibutuhkan masyarakat Indonesia saat ini adalah akses kredit. Itu yang mereka sangat kurang selama bertahun-tahun,” tuturnya.
(bbn)