Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan ketahanan energi merupakan hal yang utama, terlepas dari adanya pelemahan rupiah dan kenaikan minyak dunia yang akhir-akhir ini terjadi.

Adapun, institusinya memang mengantisipasi kenaikan subsidi dan kompensasi untuk bahan bakar minyak (BBM). Namun, ketahanan energi dinilai yang utama.

“Ya kita harus antisipasi kenaikan subsidi sama kompensasi ya. Harus diantisipasi. Namun yang pertama energinya cukup dulu-lah. Jangan sampai kurang,” ujar Arifin saat ditemui di kantornya, Jakarta Pusat, Jumat (5/4/2024).

Selain itu, Arifin memastikan penahanan kenaikan harga BBM hingga Juni 2024 masih bakal dilakukan. Namun, pemerintah tentu bakal melihat perkembangan rupiah hingga minyak dunia.

Harga minyak brent. (Sumber: Bloomberg)

Sejalan dengan itu, pemerintah juga bakal melakukan langkah-langkah efisiensi agar penyaluran BBM bisa tepat sasaran, salah satunya melalui Peraturan Presiden (Perpres) No. 191/2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak yang tengah direvisi.

Terakhir, langkah efisiensinya juga dilakukan melalui percepatan konversi sepeda motor listrik sebesar Rp10 juta. “Kemudian ya konversi harus cepat. Habis itu infrastruktur harus terbangun baik dan efisiensinya bisa [dilakukan],” ujar Arifin.

Sebagai catatan, harga minyak mentah menuju kenaikan mingguan seiring meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.

Minyak West Texas Intermediate (WTI) naik menuju US$87 per barel setelah membukukan kenaikan dalam lima sesi sebelumnya. Sementara patokan global Brent ditutup di atas US$90 untuk pertama kalinya sejak Oktober 2023.

Sementara, Rupiah dibuka melemah di pasar spot hari ini, Jumat (5/4/2024). Rupiah spot terperosok lagi ke Rp15.913/US$, melemah 0,13% pada awal perdagangan, di tengah tekanan yang juga dialami oleh mayoritas mata uang Asia sejauh ini.

Harga minyak dunia diproyeksikan rawan menembus rentang US$100—US$120 per barel hingga penutupan semester I-2024, pada saat Indonesia bertahan untuk menahan harga bahan bakar minyak (BBM) Pertamina sampai dengan Juni.

Petugas mengisi BBM jenis Pertamax di SPBU Pertamina Rest Area Tol Tangerang-Jakarta KM 14, Senin (1/4/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Ekonom Senior/Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Ryan Kiryanto mengatakan risiko lonjakan harga minyak dunia tersebut sangat mungkin termanifestasi apabila gencatan senjata tidak terjadi di jalur Gaza dan Laut Merah.

“Saya ada paper, ada skenario kalau perang di Laut Merah dan Jalur Gaza tidak selesai atau tidak terjadi gencatan senjata, harga minyak bisa melejit; kisarannya US$100 hingga US$120 per barel,” ujar Ryan saat dihubungi, Kamis (4/4/2024).

Ryan mengatakan terdapat tiga dampak kepada Indonesia imbas harga minyak dunia yang terus menanjak mendekati US$90/barel.

Pertama, menekan fiskal Indonesia. Dalam kaitan itu, Ryan menekankan sebagian kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) Indonesia masih berasal dari impor.

Kedua, menekan rupiah. Ryan beranggapan pelemahan rupiah hingga hampir menyentuh Rp16.000/US$ yang terjadi akhir-akhir ini salah satunya juga disebabkan karena sentimen negatif dari kenaikan minyak dunia.

Ketiga, berdampak pada penjualan mobil. Ryan mengatakan dampak terakhir tidak serta-merta dilihat sebagai dampak negatif.

(dov/roy)

No more pages