Namun pada saat yang sama, The Fed memperingatkan bahwa “perkembangan terbaru kemungkinan akan menyebabkan keketatan penyaluran kredit kepada rumah tangga dan dunia usaha serta membebani aktivitas ekonomi, penyerapan tenaga kerja, dan inflasi. Cakupan dari dampak ini belum dapat dipastikan”.
Dalam dotplot terbaru, FOMC memperkirakan suku bunga acuan akan menutup 2023 di posisi 5,1%, tidak berubah dari median proyeksi pada Desember tahun lalu. Sedangkan median proyeksi untuk 2024 naik dari 4,1% menjadi 4,3%.
Merespons keputusan FOMC, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS turun. Di pasar saham, indeks S&P 500 menguat signifikan.
Kenaikan suku bunga kali ini dan proyeksi ke depan mengindikasikan The Fed masih berfokus untuk mengarahkan inflasi menuju target 2%. Ada sinyal The Fed masih melihat tren kenaikan harga sebagai ancaman yang lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi ketimbang guncangan di sektor perbankan.
The Fed juga menunjukkan keyakinan bahwa ekonomi dan sistem keuangan tetap sehat, mampu bertahan di tengah kolapsnya sejumlah bank.
Pada saat yang sama, kenaikan biaya kredit bisa memperparah krisis sektor perbankan, terutama karena suku bunga tinggi dan kenaikan yield obligasi pemerintah menyebabkan kejatuhan Silicon Valley Bank (SVB) dan mengancam bank-bank lainnya. Jika The Fed masih mengesampingkan masalah di sektor keuangan, maka langkah terbaru mereka berisiko menambah tekanan dan menyebabkan resesi.
Keputusan Sulit
Kenaikan suku bunga acuan 25 bps memang sejalan dengan ekspektasi pelaku pasar. Namun ini sepertinya adalah salah satu keputusan tersulit dalam beberapa tahun terakhir, di mana sebagian pengamat dan investor memperkirakan The Fed mempertahankan suku bunga acuan untuk memitigasi risiko meluasnya tekanan di sektor perbankan.
The Fed “mengantisipasi bahwa penguatan kebijakan tambahan mungkin layak untuk mempertahankan posisi (stance) kebijakan moneter dalam rangka mengembalikan inflasi menuju 2% ke depannya” lanjut keterangan tertulis.
Ada perubahan bahasa dalam komunikasi The Fed. Sebelumnya, The Fed menyatakan bahwa “kenaikan [suku bunga] lebih lanjut” adalah sesuatu yang layak (appropriate). Ini memberi sinyal The Fed lebih fleksibel, bisa menahan suku bunga jika diperlukan.
The Fed juga menghapus pernyataan bahwa inflasi mulai mereda, dan kini menyebut tekanan harga masih tinggi. The Fed menggarisbawahi bahwa penciptaan lapangan kerja terus meningkat beberapa bulan terakhir, dan bergerak dalam “kecepatan tinggi”.
Thed Fed menyatakan akan melanjutkan pengurangan neraca, yang kerap disebut quantitative tightening. Bank sentral akan melanjutkan pengurangan kepemilikan obligasi pemerintah maksimal US$ 60 miliar per bulan dengan dibiarkan jatuh tempo tanpa diinvestasikan kembali. Kepemilikan di surat berharga berbasis Kredit Pemilikan Rumah (Mortgage Based Securities/MBS) juga dikurangi maksimal US$ 35 miliar per bulan.
Awal bulan ini, sebelum kejatuhan SVB, Ketua The Fed Jerome Powell mengindikasikan bahwa The Fed mungkin bisa menaikkan suku bunga 50 bps untuk meredam inflasi. Kejatuhan SVB dan 2 bank lain kemudian diikuti dengan masalah di Eropa yang melibatkan Credit Suisse AG.
Khawatir Efek Penularan
Guncangan di sektor perbankan memunculkan kekhawatiran terhadap efek penularan. The Fed dan berbagai regulator melakukan berbagai langkah pencegahan, termasuk fasilitas pinjaman kepada bank dan meningkatkan frekuensi swap dolar AS.
Peristiwa dalam 2 minggu terakhir meningkatkan kegamangan soal apa yang akan dilakukan The Fed dalam rapat kali ini.
Pekan lalu, Bank Sentral uni Eropa (ECB) menaikkan suku bunga 50 bps dengan alasan menjaga mandat inflasi. Sejumlah pengamat mengatakan langkah ECB itu membuat The Fed punya alasan untuk kembali menaikkan suku bunga. Namun pihak lain menyatakan kenaikan suku bunga justru bisa memperparah situasi.
Kekhawatiran soal kecukupan likuiditas juga meningkat. Data yang dirilis pekan lalu mengungkapkan pinjaman perbankan AS ke bank sentral meningkat ke titik tertinggi sepanjang sejarah, melampaui rekor sebelumnya yang tercipta pada 2008 kala krisis keuangan.
Berbagai perkembangan tersebut meningkatkan ekspektasi bahwa The Fed akan mulai menurunkan suku bunga tahun ini, sesuatu yang tidak masuk hitungan investor sebelum terjadinya kejatuhan sejumlah bank.
(bbn)