Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menimbulkan sejumlah dampak negatif bagi sektor perbankan. Salah satu yang paling terasa secara langsung adalah bank-bank memiliki portofolio bisnis luar negeri yang besar.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan dampak pelemahan rupiah pada perbankan juga terkait dengan kegiatan treasury, trade financing, dan international banking yang berhubungan erat dengan valuta asing (valas).

Meskipun begitu, ia menegaskan sumber tekanan rupiah tidak bersumber langsung dari bank, namun awal mulanya berlangsung dari sektor riil dan memberikan efek secara tidak langsung pada bank.

“Terutama pada perusahaan-perusahaan yang bergerak di bisnis impor, seperti pada sektor makanan & minuman, farmasi, dan industri kimia atau juga memiliki utang luar negeri,” kata Josua saat dihubungi Bloomberg Technoz, Kamis (4/4/2024).

Ia menjelaskan, depresiasi rupiah akan meningkatkan biaya bisnis yang dikeluarkan dan turut mempengaruhi kemampuan bayar utang, yang pada akhirnya berdampak pada kinerja perusahaan secara keseluruhan.

Ia menyebut, kondisi tersebut pada akhirnya dapat meningkatkan Non Performing Loan (NPL) perbankan. Selain itu, ia mengungkap data terakhir menunjukan bahwa eksposur neto untuk valas di perbankan terbilang kecil.

“Terlihat dari rasio posisi devisa neto (PDN) yang sebesar 1,44% pada akhir 2023, jauh di bawah threshold 20%,” pungkasnya.

Dalam kesempatan berbeda, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Jahja Setiaatmadja menilai pelemahan rupiah terjadi karena dolar AS belakangan menguat karena sentimen suku bunga acuan bank sentral AS masih belum turun dalam waktu dekat.

Namun, Jahja menegaskan bahwa BCA sudah menyiapkan sejumlah langkah untuk menghadapi tantangan pelemahan rupiah, dan tidak masalah dengan nilai tukar saat ini. Terlebih, kata Jahja, saat ini nilai tukar rupiah masih sangat terkendali, akibat berbagai langkah yang dilakukan Bank Indonesia (BI).

“Dolar AS yang agak kuat karena bunga di Amerika Serikat belum segera turun, kıta sudah siap, ga masalah dengan kurs. Masih sangat terkendali oleh BI,” pungkas Jahja.

Sebagai informasi, rupiah bergerak menguat sampai pertengahan perdagangan hari ini, Kamis (4/4/2024), meninggalkan level Rp15.900-an/US$. Rupiah spot bergerak di kisaran Rp15.890/US$ pada pukul 11:40 WIB, menguat 0,19% dari posisi hari sebelumnya.

Hal ini berlangsung di tengah tren penguatan mata uang Asia sejauh ini yang dipimpin oleh ringgit Malaysia (0,33%), won Korea (0,07%), dolar Taiwan (0,07%), peso Filipina (0,02%). Penguatan rupiah menjadi yang terbesar kedua di Asia siang ini.

Di sisi lain, mata uang Asia lain, baht Thailand melemah tertajam 0,15%, juga dong Vietnam 0,02% serta yuan China yang melemah tipis 0,01%. Indeks dolar AS masih bergerak lebih rendah di 104,19 siang ini.

(azr/lav)

No more pages