Pemberian izin penggunaan darurat vaksin mRNA buatan CSPC menjadi angin segar bagi upaya penanganan pandemi COVID-19 di Negeri Tirai Bambu. Sebab, selama ini China masih bergantung pada vaksin buatan dalam negeri untuk diberikan kepada 1,4 miliar warganya yang efektivitasnya kerap dipertanyakan.
Selama ini, Pemerintah China bergantung pada vaksin berbasis inactivated virus buatan perusahaan milik negara Sinopharm dan perusahaan swasta setempat, Sinovac Biotech Ltd. Mereka sama sekali belum membuka pintunya untuk vaksin berbasis mRNA buatan sejumlah raksasa farmasi global yang sudah digunakan sejak dua tahun lalu.
Di sisi lain, pemberian izin penggunaan darurat untuk vaksin mRNA buatan CSPC tidak sepenuhnya mengejutkan. Sebab, Pemerintah China memang membutuhkan vaksin untuk menghindari adanya lonjakan kasus pasca pencabutan kebijakan 'zero-COVID'.
Kebijakan itu pada awal Desember 2022 dicabut karena memantik gelombang protes di beberapa kota di China dan memburuknya kondisi ekonomi. Sebab, kebijakan itu diterapkan melalui karantina wilayah (lockdown) ketat, tes massal, dan pembatasan aktivitas yang membebani pertumbuhan ekonomi negara.
(bbn)