Solihin pun menyoroti perbedaan dampak pelemahan rupiah terhadap sektor industri ritel berdasarkan kategori usaha. Dia membagi ritel menjadi beberapa kategori, seperti ritel yang menjual produk FMCG, toserba (departement store), dan specialty store.
"Kalau FMCG itu berbasis kebutuhan pokok masyarakat. Jadi yang diperjualbelikan adalah bahan pokok, kalau departement store itu ke sandang jadi berbeda. Jadi kalau ditanya sektor yang mana atas hal yang terjadi gonjang-ganjing fluktuasi rupiah dan sebagainya, kalau untuk consumer goods itu pergeserannya kecil sekali," katanya.
"Jadi kalau ditanya mengenai tantangan kita terhadap pengaruh dari pada rupiah melemah, liat kategori dulu ritelnya, ritel apa," tuturnya.
Sekadar catatan, rupiah dibuka melemah lagi di pasar spot pada perdagangan hari ini, Rabu (3/4/2024), seiring dengan tekanan sentimen global yang masih besar dan memicu aksi jual aset keuangan di berbagai penjuru dunia.
Rupiah dibuka lemah di Rp15.933/US$, atau tergerus 0,2% dibandingkan dengan level penutupan hari sebelumnya.
Pelemahan rupiah menjadi yang terdalam di Asia pagi ini selain pelemahan dong Vietnam yang melorot 0,25%. Pelemahan rupiah juga terjadi bersaman dengan tekanan yang dialami oleh yuan China, dolar Taiwan, dolar Singapura.
(prc/wdh)