“G” Force jadi nama lain dari keilmuwan gravitasi bumi. Di sekolah gravitasi diajarkan lewat g = 9,8 ms-2. Kemudian, nilai percepatan gravitasi ini, untuk waktu yang lama, diasumsikan konstan untuk seluruh planet, terang ESA dalam blognya, dikutip Rabu (3/4/2024).
Dalam perkembangan alat yang lebih canggih dan sensitif, menjadi jelas bahwa gaya gravitasi bervariasi dari satu tempat ke tempat lain di permukaan Bumi.
Nilai standar 9,8 ms-2 mengacu pada Bumi sebagai bola yang homogen. Namun, pada kenyataannya, ada banyak alasan mengapa nilai ini berkisar dari minimum 9,78 ms-2 di khatulistiwa hingga maksimum 9,83 ms-2 di kutub.
“Sekarang kita dapat mengukur bagaimana g bervariasi hingga lebih dari delapan angka desimal, tetapi apa yang menyebabkan perubahan kecil namun signifikan ini?”
Perbedaan atau deviasi gravitasi di tiap titik Bumi merupakan akibat rotasi Bumi. Ketika Bumi berputar, bentuknya sedikit memipih menjadi elipsoid. Hal ini menjadikan ada jarak yang lebih besar antara pusat Bumi dan permukaan di khatulistiwa — daripada pusat Bumi dan permukaan di kutub.
Jarak yang lebih besar ini, ditambah dengan rotasi Bumi, mengakibatkan gaya gravitasi lebih lemah di khatulistiwa daripada di kutub.
ESA lanjut menjabarkan, permukaan Bumi sangat tidak rata; pegunungan yang tinggi dan palung laut yang dalam menyebabkan nilai gravitasi bervariasi. Kemudian, material di dalam interior Bumi tidak terdistribusi secara seragam.
“Tidak hanya lapisan-lapisan di dalam kerak dan mantel yang tidak beraturan, tetapi juga distribusi massa di dalam lapisan-lapisan tersebut tidak homogen,” tulis ESA.
“Deposit minyak bumi dan mineral atau reservoir air tanah juga dapat mempengaruhi medan gravitasi secara halus, seperti halnya kenaikan permukaan air laut atau perubahan topografi seperti pergerakan lapisan es atau letusan gunung berapi.”
Pada permukaaan, sebuah bangunan memiliki efek kecil dari gravitasi — namun tetap dipengaruhi lokasi dan banyak faktor lain yang menumpuk, bahkan berubah.
(wep)