Meski setelah itu nilai rupiah tidak langsung berbalik menguat begitu BI rate dinaikkan, akan tetapi langkah dramatis BI itu akhirnya berhasil meredakan tekanan di mana sampai akhir tahun lalu pergerakan rupiah lebih kuat di kisaran Rp15.614/US$ dan menguat ke Rp15.397/US$ menutup tahun.
Kini, dengan rupiah kembali tersudut dan nyaris menjebol level psikologis terkepung sentimen global dan regional yang memburuk ditambah kecemasan para pelaku pasar melihat prospek pengelolaan fiskal Indonesia di bawah pemerintahan baru nanti, BI menghadapi situasi lebih rumit dibanding Oktober lalu.
Belum lagi ditambah faktor musiman peningkatan permintaan dolar AS, memasuki periode pembayaran dividen korporasi, pembayaran utang luar negeri jatuh tempo jangka pendek yang menyentuh level tertinggi dalam 10 tahun terakhir, serta makin kecilnya nilai surplus neraca dagang akibat pelemahan kinerja ekspor.
Daya beli makin tersungkur
Pengetatan moneter yang sudah dilakukan oleh BI sejak Agustus 2022 silam dengan BI rate naik hingga 250 bps ke level 6%, merespon tren bunga global yang terbang tinggi pasca pandemi Covid-19 dan pecah perang di Eropa, telah menyeret kondisi keuangan masyarakat semakin memburuk.
Berdasarkan hasil Survei Konsumen terakhir yang dirilis oleh BI bulan lalu, Indeks Kondisi Ekonomi saat ini (IKE) menyentuh level terendah sejak November 2022 lalu. Indeks ini mengukur pandangan masyarakat terhadap kondisi mereka saat ini dibandingkan enam bulan lalu. Penurunan kondisi keuangan masyarakat terutama karena anjloknya kondisi penghasilan orang Indonesia, terindikasi dari penurunan Indeks Penghasilan Saat Ini ke level terendah sejak April 2022 silam.
Penurunan kondisi keuangan masyarakat ditengarai karena tekanan harga sembako, terutama beras, yang kian menggerogoti kekuatan daya beli masyarakat untuk kebutuhan lain. Penjualan mobil dan sepeda motor anjlok padahal secara musiman biasanya sebelum Lebaran, penjualan otomotif biasanya bergairah.
Gambaran itu memperlihatkan, kenaikan bunga acuan sekian besar itu nyatanya tidak berhasil menaklukkan inflasi harga pangan bergejolak yang mencapai 6,72% pada 2023 lalu. Lonjakan harga beras, mencapai 17,07% pada Desember lalu, juga berbagai komoditas dapur lain perlahan tapi pasti menggerogoti daya beli masyarakat, terutama kelas menengah bawah yang mendominasi populasi akan tetapi tidak tersentuh stimulus bantuan sosial.
Alhasil, pada 2023 kinerja konsumsi rumah tangga terperosok melemah hanya tumbuh 4,82%, turun dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 4,94%. Kelesuan konsumsi rumah tangga pada akhirnya menyeret pertumbuhan ekonomi hanya naik 5,05% tahun lalu. Maklum, sumbangan konsumsi rumah tangga pada Produk Domestik Bruto mencapai 53,2%.
Memasuki 2024 ini, tekanan harga beras dan pangan bergejolak masih belum reda. Badan Pusat Statistik melaporkan, inflasi Maret menanjak ke level tertinggi dalam delapan bulan terakhir sebesar 3,05%. Inflasi volatile food juga semakin melesat tinggi sebesar 10,33%, naik dari Februari 8,47%, masih terdampak El Nino dan faktor musiman lonjakan permintaan di bulan Ramadan.
Kinerja konsumsi rumah tangga tahun ini diprediksi bisa semakin melemah di bawah 4,3%, menurut perhitungan Centre of Economic and Law Studies (CELIOS) akibat tekanan harga pangan yang menggerogoti daya beli.
Selain kinerja konsumsi rumah tangga yang bakal kian terdampak, laju ekonomi juga semakin suram dengan bunga yang mahal akan membuat ekspansi korporasi kembali tersendat. Pertumbuhan kredit hanya sebesar 10,38% tahun lalu. Bank juga menghadapi penurunan keleluasaan likuiditas seiring lemahnya pertumbuhan dana masyarakat (DPK) yang membuat kebijakan kredit bank akan semakin selektif.
Pada saat yang sama, kinerja ekspor juga sudah memasuki tren pelemahan. Data terakhir yang dirilis pertengahan bulan lalu mencatat, nilai ekspor Indonesia pada Februari turun 9,45%, lebih dalam ketimbang prediksi pasar dan lebih buruk dibanding Januari yang hanya turun 5,79%.
Sementara laju investasi yang diprediksi akan kembali bangkit pasca pemilu digelar, mungkin juga masih belum sepenuhnya melesat karena ketidakpastian politik masih ada sejurus dengan adanya gugatan hasil pilpres ke Mahkamah Konstitusi.
Pada pukul 11:27 WIB, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih bergerak melemah di kisaran Rp15.914/US$, tergerus 0,22%.
(rui)