Logo Bloomberg Technoz

Berikut 10 saham dengan angka net buy tertinggi oleh investor asing selama perdagangan Selasa (2/4/2024):

  1. PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) Rp98,98 miliar
  2. PT United Tractors Tbk (UNTR) Rp90,42 miliar
  3. PT Barito Pacific Tbk (BRPT) Rp59,59 miliar
  4. PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) Rp53,71 miliar
  5. PT Astra International Tbk (ASII) Rp40,65 miliar
  6. PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) Rp40,19 miliar
  7. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) Rp33,95 miliar
  8. PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) Rp29,65 miliar
  9. PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) Rp25,22 miliar
  10. PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) Rp23,81 miliar

Sentimen Saham-saham Perbankan

Tekanan jual hingga melemahnya saham-saham perbankan tersebut ditengarai imbas dari kebijakan Otoritas Jasa Keuangan yang resmi mengakhiri stimulus restrukturisasi kredit perbankan untuk dampak Covid-19, di Maret 2024 ini. 

Restrukturisasi kredit yang diterbitkan sejak awal 2020 telah banyak dimanfaatkan oleh debitur terutama pelaku UMKM. Stimulus restrukturisasi kredit merupakan bagian dari kebijakan countercyclical dan merupakan kebijakan yang sangat penting (landmark policy) dalam menopang kinerja debitur, perbankan, dan perekonomian secara umum untuk melewati periode pandemi.

Adapun hasil survei OJK menunjukkan terdapat potensi peningkatan rasio kredit bermasalah atau Non-Performing Loan setelah kebijakan berakhir.

Dalam Survei Orientasi Bisnis Perbankan OJK (SBPO) Triwulan I-2024 yang melibatkan 100 responden dari berbagai bank, mayoritas responden meyakini risiko perbankan pada kuartal ini masih terjaga dan terkendali. Ini tercermin dari Indeks Persepsi Risiko (IPR) sebesar 53 atau masih berada di zona optimistis, meskipun menurun dibanding kuartal sebelumnya sebesar 58.

Rasio NPL Empat Perbankan Besar RI (Bloomberg Intelligence)

“Namun demikian, masih terdapat potensi peningkatan NPL yang berasal dari pemburukan kredit restrukturisasi Kol 1 dan Kol 2, seiring berakhirnya kebijakan restrukturisasi secara keseluruhan pada Maret 2024,” tulis survei SBPO Triwulan-I 2024.

Merespons hal tersebut, Analis Bloomberg Intelligence Sarah Jane Mahmud menilai, sektoral perbankan Indonesia mungkin akan sedikit tergelincir dari sisi kualitas asetnya.

“Melihat sisi kualitas aset akan sedikit terjadi penurunan, dengan kebijakan restrukturisasi pinjaman yang telah berakhir pada 31 Maret dan diperburuk oleh inflasi, yang menanjak hingga di atas 3% bulan lalu karena permintaan pangan yang lebih tinggi. Rasio kredit bermasalah di seluruh sistem negara itu bisa tergelincir dari 2,2% yang dilaporkan pada bulan Desember,” terang Sarah, baru-baru ini dalam catatannya.

Bauran kebijakan di sektor perbankan yang diterapkan telah memberikan kontribusi yang nyata, khususnya melalui Kebijakan Stimulus Covid-19, dalam menopang tekanan terhadap perekonomian sejak awal pandemi melanda hingga saat ini.

Selama empat tahun implementasi, pemanfaatan stimulus restrukturisasi kredit tersebut telah mencapai Rp830,2 triliun, yang diberikan kepada 6,68 juta debitur pada Oktober 2020, yang merupakan angka tertinggi sepanjang sejarah Indonesia. Sebanyak 75% dari total debitur penerima stimulus adalah segmen UMKM, atau sebanyak 4,96 juta debitur dengan total outstanding Rp348,8 triliun. 

Kebijakan stimulus yang diterbitkan oleh OJK diawali dengan POJK No. 11/POJK.03/2020 pada Maret 2020 bertujuan untuk memberikan ruang bernafas kepada debitur yang berkinerja baik namun mengalami pemburukan akibat terdampak pandemi Covid-19.

Lebih jauh, kebijakan tersebut berdampak kepada kelompok rentan terhadap berbagai industri UMKM, seperti makanan dan minuman, akomodasi dan sektor padat karya, yang nantinya dapat membatasi laju kredit. Jeda yang diperpanjang oleh Bank Sentral setelah serangkaian kenaikan suku bunga juga dapat mengurangi tekanan kualitas aset bagi bank-bank dengan pangsa debitur yang lebih berisiko.

Perbandingan NPL Gross, NPL, dan Provisi di Empat Perbankan Besar RI (Bloomberg Intelligence)

"PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) memiliki rasio kredit berisiko (Loans-at-Risk/LAR) yang lebih tinggi dibandingkan rekan-rekan di 1Q23 tetapi unggul di pasar UMKM sebagai penopang utama, dan sikap proaktif terhadap penurunan peringkat pinjaman berdasarkan kondisi debitur dapat menyangga kualitas asetnya. Niat Bank Sentral untuk memberikan pinjaman kepada segmen yang kurang berisiko akan memperkuat profil risikonya," jelas Rena Kwok, Analis Bloomberg Intelligence dalam riset diterbitkannya, Selasa (2/4/2024).

(fad)

No more pages