"Sinyal yang lebih penting tapi halus di sini adalah partisipasi aktif bank sentral yang luar biasa di pasar obligasi sekunder, dengan BI mencatatkan pembelian bersih sebesar Rp33,5 triliun di pasar obligasi pemerintah," papar Satria.
Program pembelian obligasi, menurut dia, bisa menjadi langkah sterilisasi likuiditas untuk menyuntikkan kembali rupiah ke pasar setelah terkuras dalam pertukaran rupiah-ke-dolar AS dalam tindakan intervensi Valas. Dengan kata lain, semakin banyak obligasi yang dibeli BI, semakin banyak dolar AS yang dimilikinya menghabiskan uang di pasar Valas untuk mempertahankan rupiah.
Mengacu data Bloomberg, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan di pasar spot melemah hingga ke level Rp15.963/US$ pada pukul 09:05 WIB. Rupiah juga menjadi valuta Asia dengan pelemahan terdalam di kawasan pagi ini, kehilangan 0,42% nilai dari posisi penutupan hari sebelumnya.
Level itu adalah posisi rupiah terlemah sejak April 2020 ketika pandemi Covid-19 merebak, dan akhirnya membawa rupiah melampaui Rp16.000/US$.
Mayoritas mata uang Asia pagi ini tenggelam tertekan oleh penguatan tiba-tiba dolar AS akibat sentimen data manufaktur AS yang mengikis peluang penurunan bunga acuan Federal Reserve tahun ini karena kekhawatiran akan terjadinya lonjakan inflasi lagi di negeri itu.
Indeks dolar AS masih bertahan perkasa di 105,039 pagi ini. Sementara di belakang rupiah, mata uang Asia lain juga melemah cukup besar. Ringgit Malaysia turun 0,38%, lalu won Korea Selatan dan dolar Taiwan juga melemah 0,29%. Disusul oleh baht Thailand yang melemah 0,24%, lalu peso Filipina 0,18%.
(lav)