Juru bicara IDF, Laksamana Muda Daniel Hagari, mengatakan bahwa 900 orang yang dicurigai sebagai militan telah ditahan selama dua minggu operasi. Lebih dari 500 di antaranya telah diidentifikasi sebagai anggota Hamas atau Jihad Islam Palestina (PIJ), kata Hagari pada Senin, dan menambahkan bahwa beberapa di antara mereka yang ditahan adalah "para komandan dan orang-orang penting."
CNN tidak dapat memverifikasi jumlah mayat di dalam Al-Shifa secara independen karena kurangnya akses pelaporan di Gaza. CNN telah menghubungi IDF mengenai angka-angka tersebut, tapi belum mendapatkan jawaban.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan sekitar 3.000 orang berada di dalam rumah sakit ketika IDF memulai serangannya pada 18 Maret--serangan kedua ke fasilitas tersebut dalam hampir enam bulan perang dengan Hamas.
Setelah mengklaim operasi pertamanya pada November sukses, IDF pada Januari mengatakan bahwa mereka telah sepenuhnya membongkar struktur komando Hamas di Gaza utara--hanya saja Hamas dilaporkan kembali ke tempat yang sama beberapa bulan kemudian, memicu serangan Israel yang baru.
Khader Al Za'anoun, seorang jurnalis dari kantor berita resmi Palestina, Wafa, yang juga bekerja untuk CNN, mengatakan bahwa pemandangan di Al-Shifa setelah penarikan mundur IDF seperti "film horor".
"Buldoser meremukkan mayat-mayat orang di mana-mana di sekitar dan di halaman rumah sakit," kata Al-Za'anoun.
Warga Palestina mulai berdatangan ke kompleks yang hancur itu untuk mencari anggota keluarga mereka yang hilang. "Kami menemukan seluruh keluarga tewas dan mayat mereka membusuk di rumah-rumah di sekitar rumah sakit," katanya.
Para korban yang selamat di kompleks tersebut mengalami kekurangan gizi, tambahnya, dengan beberapa orang mengatakan bahwa mereka harus berbagi air minum untuk enam orang setiap harinya.
"Situasinya sangat buruk," kata Mahmoud Bassal, juru bicara Pertahanan Sipil Gaza pada Senin. Al-Shifa "benar-benar hancur dan terbakar. Banyak bangunan yang hancur total atau hangus," katanya.
Gambar-gambar dari daerah tersebut menunjukkan kehancuran yang meluas dengan bangunan-bangunan yang hangus dan bopeng di dalam kompleks tersebut. Lebih dari 30 orang yang terluka diangkut dari Al-Shifa ke Rumah Sakit Baptis Al-Ahli di sebelah timur kota Gaza, kata Bassal.
Pekan lalu, penduduk di daerah sekitar Al-Shifa mengatakan kepada CNN bahwa terjadi penembakan hebat di sekitarnya. Satu keluarga mengatakan bahwa rumah mereka ditembaki dan anak-anak mereka--beberapa masih hidup--terkubur di bawah reruntuhan.
Hamas sebelumnya menuduh Israel menyerang sasaran "tanpa mempedulikan" pasien atau staf medis di dalamnya--sebuah klaim yang diamini oleh warga sipil di kompleks tersebut.
"Kendaraan militer menembaki jendela-jendela bangunan rumah sakit, dan siapa saja yang tertangkap basah bergerak di antara lorong-lorong," ujar Hamada Abdelhabi, seorang pengungsi Palestina yang berlindung di Al-Shifa, kepada CNN pada Maret lalu.
Bangunan sipil seperti rumah sakit dilindungi di bawah hukum humaniter internasional, tetapi dapat kehilangan status perlindungannya jika digunakan untuk melakukan tindakan yang membahayakan musuh. Israel selama bertahun-tahun mengatakan bahwa para pejuang Hamas menggunakan masjid, rumah sakit, dan bangunan sipil lainnya untuk bersembunyi dari serangan Israel dan melancarkan serangan mereka. Hamas telah berulang kali membantah klaim tersebut.
IDF mengatakan bahwa pasukannya telah "membunuh teroris dalam pertempuran jarak dekat, menemukan banyak senjata dan dokumen intelijen di seluruh rumah sakit, sambil mencegah bahaya bagi warga sipil, pasien, dan tim medis." IDF menekankan bahwa operasinya di dalam dan di sekitar rumah sakit merupakan misi anti-teror yang "tepat" dan bahwa mereka telah melakukan yang terbaik untuk meminimalkan bahaya bagi warga sipil.
(red/ros)