Dua Dampak Lain
Tidak hanya itu, setidaknya terdapat dua dampak lainnya yang bakal dirasakan oleh Indonesia imbas pelemahan rupiah. Pertama, pelaku bisnis yang melakukan pinjaman dari luar negeri bakal makin terbebani dengan era suku bunga yang tinggi.
Sebab, beban utang mereka dalam bentuk rupiah bakal makin tinggi, sehingga mereka harus merogoh kocek yang lebih dalam untuk membayar utang tersebut. Adapun, beban utang tersebut bakal makin meningkat seiring dengan depresiasi rupiah yang makin dalam.
Kedua, lanjut Tauhid, pelemahan rupiah tidak selalu memberikan dampak negatif. Penyebabnya, pelemahan tersebut bakal menarik wisatawan asing yang memiliki dolar AS untuk berkunjung ke Indonesia guna berwisata dengan biaya lebih murah.
BBM & Ongkos Logistik
Lebih lanjut, Tauhid menambahkan beban negara untuk melakukan impor bahan bakar minyak (BBM) bakal makin tinggi seiring dengan pelemahan rupiah. Namun, hal itu tidak serta-merta bakal meningkatkan tarif BBM yang bakal berdampak pada kenaikan harga logistik.
Menurutnya, PT Pertamina (Persero) sebagai operator memiliki perhitungan sendiri, di mana komponen harga tidak hanya berlandaskan nilai tukar, melainkan juga harga minyak internasional.
“Iya, [tidak serta-merta menaikan harga], menunggu tiga bulan harga rata-rata. Ada formula tertentu, ada faktor nilai tukar rupiah, minyak internasional dan faktor alpha. Jadi adjustment berapa persen, Pertamina biasanya regulasi tiga bulan akan dievaluasi, terutama produk nonsubsidi.”
Dipicu Lebaran
Tauhid mengidentifikasi penyebab dari pelemahan atau depresiasi Rupiah terjadi karena tiga hal. Pertama, arus keluar dan masuk di pasar Surat Berharga Negara (SBN) belum stabil.
“Kemarin pelaku pasar Rp33,3 triliun withdraw, meskipun ada arus masuk Rp26,3 triliun, artinya selisih jauh di pasar SBN walau ada masuk ke pasar saham, tetapi tidak terkompensasi dengan baik. Uang masuk di pasar bond dan pasar keuangan belum seimbang,” ujarnya.
Kedua, ketidakpastian ihwal respon Bank Indonesia terhadap nilai mata uang atau rate currency dari Federal Reserves atau The Fed.
Ketiga, pelemahan rupiah secara musiman dipengaruhi oleh periode libur Idulfitri 1445H/Lebaran 2024. Dalam kaitan itu, permintaan dolar AS makin tinggi untuk aktivitas liburan.
“Ini faktor musiman sehingga Rupiah makin turun. Dengan situasi ini, satu hingga 2 bulan masih relatif depresiasi terjadi walaupun tidak besar.”
Sekadar catatan, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka langsung anjlok dalam pembukaan perdagangan pasar spot hari ini, Selasa (2/4/2024), melampaui level terlemah sejak 2020.
Mengacu data Bloomberg, rupiah spot dibuka langsung tersungkur ke Rp15.963/US$ pada pukul 09:05 WIB, menjadi valuta Asia dengan pelemahan terdalam di kawasan pagi ini, kehilangan 0,42% nilai dari posisi penutupan hari sebelumnya.
Level itu adalah posisi rupiah terlemah sejak April 2020 ketika pandemi Covid-19 merebak dan akhirnya membawa rupiah melampaui Rp16.000/US$. Level terlemah rupiah sepanjang masa terjadi pada 23 Maret 2020 yaitu di Rp16.310/US$.
(dov/wdh)