Para investor juga masih menunggu siapa yang akan memegang jabatan Menteri Keuangan di kabinet baru nanti di mana standarnya akan menjadi cukup tinggi karena sosok Sri Mulyani sejauh ini cukup disukai oleh pasar.
Sampai siang ini, tekanan di pasar surat utang sepertinya telah menarik Bank Indonesia bergerak cepat memborong SBN.
Yield atau imbal hasil surat utang tenor 2 tahun turun 2,0 bps ke 6,309%, sementara 10Y turun 4,5 bps jadi 6,664%. Adapun tenor 1Y naik 1,3 bps jadi 6,381%, sedang 3Y dan 5Y naik masing-masing 0,5 bps dan 0,8 bps.
Imbal hasil surat utang negara negara berdenominasi valas (INDON) terpantau naik di semua tenor terutama tenor 10Y yang naik 5,8 bps menjadi 4,978%. INDON 7Y naik lebih banyak hingga 6,5 bps. Sementara tenor pendek 2Y naik 2,2 bps menjadi 4,828%.
Defisit makin lebar
Kejatuhan nilai rupiah sejauh ini sudah pasti akan semakin membengkakkan posisi utang pemerintah yang sudah naik pada Februari lalu. Per akhir Februari, posisi utang pemerintah sudah mencapai Rp8.319,22 triliun, naik Rp66,13 triliun dibandingkan posisi akhir Januari.
Kenaikan posisi utang tersebut membawa kenaikan rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) ataudebt ratio per akhir Februari berada di 39,06%. Naik dibandingkan Januari yaitu 38,75%.
Defisit APBN dipastikan melebar mengingat setiap pelemahan nilai rupiah sebesar Rp100/US$, nilai pengeluaran pemerintah pusat bisa melonjak Rp10,1 triliun. Sementara kenaikan nilai pendapatan negara hanya bertambah Rp4 triliun. Dengan demikian, setiap pelemahan rupiah Rp100/US$, defisit APBN bertambah Rp6,2 triliun.
Bila berkaca pada pergerakan rupiah sepanjang tahun ini, rupiah telah melemah 3,7% year-to-date. Pergerakan rata-rata rupiah sepanjang tahun ini ada di kisaran Rp15.666/US$. Artinya, pergerakan rupiah tahun ini sudah lebih lemah hampir Rp700/US$ dari asumsi di APBN 2024. Menghitung sensitivitas, maka defisit APBN bertambah hingga Rp45,5 triliun. Bila rupiah sampai jebol Rp16.000/US$, defisit bisa meningkat Rp62 triliun.
Pemerintah telah menetapkan target defisit APBN 2024 melebar hingga 2,8%, dari tadinya hanya di kisaran 2,29%-2,3%. Adapun asumsi dasar ekonomi makro untuk APBN 2024 adalah, pertumbuhan ekonomi 5,2%, inflasi terkendali di 2,8%, nilai tukar rupiah Rp15.000/US$, imbal hasil SBN 10 tahun 6,7%, harga minyak dunia (ICP) di US$82 per barel dan lifting minyak 635.000 barel.
(rui)