BI memakai cadangan devisa yang sampai akhir Februari lalu nilainya sebesar US$144 miliar, turun US$2,35 miliar dari posisi akhir tahun lalu, untuk memastikan rupiah tidak tajam volatilitasnya.
Sementara di pasar SBN, BI aktif jual beli SBN untuk menahan arus keluar modal asing. Caranya dengan membeli SBN supaya harganya tidak kian terpuruk sehingga tekanan jual pasar bisa diimbangi.
Sepanjang tahun ini sampai 25 Maret lalu, BI telah memborong SBN (net buy) sebesar Rp33,5 triliun sehingga membawa posisi kepemilikan surat utang oleh BI mencapai Rp1.397,4 triliun, menurut data yang dipublikasikan oleh Kementerian Keuangan.
Jurus lain adalah dengan memperbanyak instrumen operasi moneter. Sejak September lalu, ketika tekanan pada rupiah membesar, BI telah merilis tiga instrumen baru yang memberikan yield tinggi, yaitu Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI). Tiga instrumen itu bisa dibeli asing dan memiliki tenor paling panjang 12 bulan, sehingga menjadi outlet menampung dana asing jangka pendek (hot money).
Sampai data terakhir yang dirilis 19 Maret lalu, BI menyebut nilai penerbitan SRBI telah mencapai Rp 409,38 triliun, kemudian US$2,31 miliar adalah nilai SVBI dan US$387 juta SUVBI. Penerbitan tiga instrumen tersebut, menurut Perry, sejauh ini telah mampu menarik aliran modal asing masuk ke dalam negeri terindikasi dari kepemilikan investor asing di SRBI sebesar Rp85,02 triliun atau 20,77% dari outstanding.
Sementara sejak awal tahun sampai data setelmen transaksi 27 Maret lalu, asing telah membukukan posisi beli neto (net buy) di SRBI sebesar Rp20,05 triliun. Sedangkan di SBN, asing membukukan net sell Rp33,3 triliun.
Kerek Bunga Lagi?
Bila strategi-strategi yang sudah dijalankan itu masih belum mampu menahan tekanan arus keluar modal asing, terutama ketika nilai cadangan devisa terkuras mendekati atau sampai melampaui batas bank sentral di kisaran US$10 miliar-US$12 miliar, ada jurus pamungkas yaitu menaikkan bunga acuan alias BI rate.
Kenaikan bunga akan menaikkan imbal hasil surat utang di mana selisih yield yang cukup kompetitif dengan yield obligasi global, terutama Treasury -surat utang Amerika, diharapkan bisa menarik modal asing kembali masuk ke pasar domestik dan melandaikan lagi nilai rupiah.
Berkaca pada keputusan kenaikan BI rate yang tak terduga pada Oktober, ketika itu nilai cadangan devisa sudah terkuras sangat banyak. Keputusan Oktober itu berjarak enam bulan setelah BI aktif mengintervensi pasar dan setelah cadangan devisa turun sampai US$12 miliar.
(rui/aji)