"Dengan IHSG bergerak turun, pergerakan rupiah berjalan searah dengan arus keluar modal asing dari pasar Indonesia," kata Mingze Wu, trader valas di Stonex Financial Singapura seperti dilansir dari Bloomberg News.
Sedangkan UOB memperkirakan rupiah terlihat akan menjajal level terlemahnya pada 2023 lalu meski posisinya saat ini berada di zona jenuh beli alias overbought. Level terlemah rupiah tahun lalu terjadi pada 27 Oktober di posisi Rp15.940/US$.
Arus keluar modal asing dari pasar saham domestik sudah berlangsung sejak pekan lalu. Selama 25-27 Maret, asing mencatat net sell di saham sebesar Rp1,6 triliun menurut data BI.
Sedang di pasar surat utang, nilainya mencapai Rp33,3 triliun sejak awal tahun sampai 27 Maret lalu. Hari ini imbal hasil SBN 2 tahun naik 5,5 bps masih naik ke 6,25%, sedangkan SBN 10Y ada di 6,69%.
Selain karena faktor bursa saham dan surat utang, rupiah yang sempat menyentuh Rp15.917/US$ dalam perdagangan intraday tadi pagi juga tertekan sentimen lonjakan inflasi Maret. BPS melaporkan, inflasi Maret menyentuh level tertinggi sejak Agustus 2023.
Inflasi yang tinggi bisa semakin mempersempit peluang bagi Bank Indonesia untuk memulai penurunan bunga acuan BI rate. BI diprediksi hanya memangkas 25 bps tahun ini ke 5,75%.
(rui)