“Sinyal itu tidak mungkin berasal dari galaksi kita. Sinyal itu terlalu tertunda, mengindikasikan jarak yang sangat jauh,” kata Jason Hessels.
“Pertanyaan utamanya adalah apakah sumbernya mungkin buatan manusia?,” jelas Hessels. Akhirnya, pada tahun 2013, tanpa keraguan lagi, ditentukan bahwa FRB datang dari tempat yang sangat jauh di alam semesta.
Ia menduga bahwa suara-suara yang muncul dari FRB berasal dari magneter.
“Kilatan terjauh yang pernah diukur berasal dari jarak 8 miliar tahun cahaya, dan yang terdekat dari jarak 10.000 tahun cahaya," terang dia.
Sekelompok ilmuwan yang menganalisis FRB mendeteksi bahwa 15 dari 25 FRB konsisten dengan polarisasi 100%. 10 di antaranya memiliki fraksi polarisasi linier yang tinggi atau ≥70%. Dua di antaranya memiliki fraksi polarisasi melingkar yang tinggi atau ≥30%.
“Hasil kami tidak mendukung hamburan RM multipath sebagai mekanisme depolarisasi yang dominan, tulis ilmuwan yang dipimpin oleh Vinisa Ravi dari Christ University, Bangalore, dikutip dari ResearchGate.
Tantangan lanjutan dari para astronom adalah mengamati lebih komprehensif FSB, dan diakui itu sangatlah sulit.
“Karena berasal dari jarak miliaran tahun cahaya, semburan tersebut kehilangan banyak energi selama perjalanannya. Ketika mereka mencapai Bumi, mereka sangat lemah. Kekuatan sinyalnya kemudian sebanding dengan sinyal ponsel dari bulan,” pungkas kandidat PhD Omar Ould Boukattine.
Selain FRD terdapat sinyal misterius yang berasal dari luar angkasa seperti sinyal radio kuat "WOW". Awal diterima oleh teleskop radio Big Ear di Ohio State University pada tanggal 15 Agustus 1977. Sinyal ini berlangsung selama 72 detik dan tidak pernah terdeteksi lagi.
Kemudian Lorimer Burst pada tahun 2007 yang dipantau oleh teleskop radio asal Parkes, Australia. Terjadi dalam beberapa miliedetik namun sangat kuat. Dugaan Lorimer Burst berasal dari galaksi yang berjarak miliaran tahun cahaya.
Voyager Golden Record dan Pulsar menjadi sinyal misterius yang sempat terpantau puluhan tahun lalu. Voyager Golden Record adalah hasil rekaman dari stasiun antariksa Voyager 1 dan 2. Tahun 2017 Voyager 1 perdana mengirimkan data namun tidak dapat diterjemahkan para ilmuwan, namun berisi sinyal acak yang tidak sesuai dengan pola yang diharapkan.
(wep)