Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas Nasional (Aspermigas) mengatakan permintaan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) bakal tetap ada ke depannya, kendati beberapa raksasa migas mulai berencana untuk menutup layanan hilir produk bahan bakar fosilnya, seperti yang dilakukan Shell Plc.

Ketua Komite Investasi Aspermigas Moshe Rizal mengatakan rencana Shell untuk menutup 1.000 SPBU di dunia tidak merefleksikan berakhirnya prospek bisnis stasiun pengisian bahan bakar minyak (BBM) dalam jangka pendek. Terlebih, 1.000 SPBU tergolong sebagai angka yang kecil.

“1.000 [SPBU] sedikit. Shell ada di mana-mana, mungkin ada ratusan ribu SPBU mereka yang tersebar di berbagai negara, termasuk Eropa dan banyaknya di Eropa dan Amerika Serikat. Sangat sedikit 1.000 SPBU,” ujar Moshe saat dihubungi, dikutip Senin (1/3/2024).

Ke depannya, Moshe melanjutkan, SPBU masih sangat dibutuhkan. Apalagi, adopsi kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) masih sangat kecil dibandingkan dengan mobil dengan BBM atau kendaraan berbasis internal combustion engine (ICE). 

Sebagai gambaran, adopsi EV di Amerika Serikat di dibandingkan dengan ICE hanya 2%, sementara di Britania Raya (United Kingdom) hanya 3%. 

SPBU Shell Plc ditutup karena kekurangan bahan bakar di Rosario, provinsi Santa Fe, Argentina./Bloomberg-Sebastian Lopez


Moshe tidak menampik bahwa penjualan EV di China hampir mencapai 50% dan Amerika Serikat lebih dari 50% dari total penjualan global per tahun. Dengan demikian, terdapat potensi peningkatan adopsi EV ke depan.

Namun, hal itu tidak serta-merta menggantikan permintaan SPBU, sebab mayoritas mobil baik pribadi maupun kelas berat masih didominasi oleh jenis ICE.

Bertahan 30 Tahun

Moshe memproyeksikan SPBU di Indonesia bakal bertahan hingga 30 tahun ke depan. Apalagi, masyarakat Indonesia membeli EV bukan sebagai kendaraan utama.

“Orang di Indonesia beli EV belum menjadi kendaraan utama. [Mereka] yang membeli EV sudah punya kendaraan dulu, kendaraan biasa. Hanya iseng [karena] lucu dan bagus punya mobil keliling kota,” ujarnya.

Selain itu, Moshe beranggapan belum ada masyarakat yang berani untuk mengendarai EV ke luar kota. Hal ini yang membuat banyak stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) yang dipasang oleh PT PLN (Persero) tidak berfungsi dengan baik lantaran jarang digunakan. 

Bengisian daya baterai kendaraan listrik./Bloomberg-Michaela Nagyidaiova


“SPKLU dipasang PLN sampai Surabaya, sebagian besar tidak terurus dan banyak yang rusak.”

Selain itu, mobil hibrida dinilainya lebih populer dibandingkan dengan EV di Indonesia. Dengan demikian, SPBU bakal tetap ada untuk memenuhi permintaan dari kendaraan ICE serta hybrid di Indonesia.

Shell Indonesia memastikan akan tetap menjalankan bisnis hilir minyak dan gas bumi di Indonesia, terlepas dari adanya pengumuman bahwa Shell Plc bakal menutup 1.000 SPBU di berbagai negara hingga 2025.

Vice President Corporate Relations Shell Indonesia Susi Hutapea menjelaskan perusahaan bakal tetap memproduksi dan memasarkan pelumas, melakukan penjualan BBM dan produksi bahan bakar rendah karbon (low-carbon fuel).

“Shell tetap aktif menjalankan bisnis hilir minyak dan gas di Indonesia, termasuk memproduksi dan memasarkan pelumas, penjualan bahan bakar minyak [BBM], dan produksi bahan bakar rendah karbon,” ujar Susi kepada Bloomberg Technoz.

Sebagai informasi, Shell Plc berencana menutup 1.000 SPBU hingga 2025. Penutupan ini seiring dengan meningkatnya permintaan SPKLU.

"Kami berencana mendivestasikan 500 SPBU, termasuk usaha patungan, setiap tahunnya pada 2024 dan 2025," kata Shell dalam laporan Energy Transition Strategy 2024, seperti dilaporkan Bloomberg.

(dov/wdh)

No more pages