Investor emas baru bisa mengantongi untung bila membeli emas pada awal April tahun lalu saat harga emas dijual di Rp1.072.000 per gram. Bila Anda menjual emas tersebut hari ini, Anda berpotensi mengantongi untung 6,9%.
Keuntungan lebih besar bila Anda sudah mengoleksi emas lima tahun lalu. Pada April 2019, harga emas Antam dijual di level Rp660.000 per gram. Alhasil, bila Anda menjualnya hari ini, maka keuntungan yang Anda peroleh sudah di kisaran 73,63%.
Bahkan bagi pembeli emas 10 tahun silam di kala harganya masih di kisaran Rp532.000 per gram, maka menjualnya hari ini akan memberikan keuntungan sedikitnya sebesar 115,41%.
Sementara bagi Anda yang sudah membeli emas sejak 15 tahun silam yaitu pada 2009 ketika harga emas masih dijual oleh Antam di kisaran Rp315.000 per gram, maka keuntungan yang dapat Anda ambil bila menjualnya hari ini mencapai 263,8% atau hampir empat kali lipat modal.
Gambaran ini memperkuat advis para perencana keuangan tentang emas yang lebih cocok sebagai simpanan jangka panjang terutama untuk membantu hedging atau lindung nilai aset dari inflasi. Keuntungan berinvestasi emas baru akan 'terasa' dalam nilai signifikan apabila diperlakukan sebagai investasi jangka panjang di atas 5 tahun bahkan 10 tahun.
Sebaliknya, bila emas batangan diperlakukan sebagai simpanan jangka pendek, akan sulit memberikan keuntungan maksimal.
Harga emas dunia tahun ini diperkirakan masih bisa memecahkan rekor baru. JPMorgan Chase & Co mengatakan bulan lalu bahwa emas adalah pilihan nomor 1 mereka di pasar komoditas, dan harganya bisa mencapai US$2.500 per troy ounce tahun ini.
Goldman Sachs Group Inc mengatakan mereka melihat potensi untuk US$2.300 per troy ounce, menyoroti manfaat dari lingkungan suku bunga yang lebih rendah.
Harga Pernah Turun
Lonjakan harga emas lima tahun terakhir kebanyakan karena faktor-faktor luar biasa yang mungkin sulit berulang. Terutama sekali yaitu faktor pandemi Covid-19, pandemi pertama dalam 100 tahun terakhir.
Harga emas juga terbang karena faktor pecah perang di Ukraina pada awal 2022 yang memicu kenaikan hebat harga komoditas sehingga melesatkan inflasi global. Sementara rekor harga terakhir adalah karena spekulasi tingkat bunga acuan Amerika.
Tanpa faktor extraordinary, risiko stagnasi harga emas bahkan penurunan, masih terbuka. Periode 2013-2018 misalnya, dalam lima tahun harga emas di pasar global pernah menyentuh rekor di US$1.692,75 per troy ounce. Namun, pada akhir 2018, harganya terkikis sampai 24% ke kisaran US$ 1.280,71 per troy ounce.
Sementara pada periode 2018-2023, emas mencetak kenaikan 54% dengan beberapa kali memecah rekor tertinggi sepanjang masa (all time high) yakni pada saat pandemi pecah ke level US$ 2.063 per troy ounce dan kemarin saat spekulasi pivot The Fed memuncak dan mengantar emas memperbarui rekor di US$ 2.072,22 per troy ounce.
Kini rekor telah diperbarui di level US$2.250,86 per troy ounce pasca rilis data inflasi Amerika pekan lalu yang memperkuat skenario penurunan bunga Amerika pada Juni nanti.
Efek terhadap harga emas di pasar domestik tentu ada. Namun, perlu dicatat bahwa harga emas Antam bukan cuma dipengaruhi oleh harga emas dunia, melainkan juga oleh nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Pasalnya, harga jual emas merupakan konversi dari satuan troy ounce (setara 31,1 gram) dan konversi dari dolar ke rupiah.
Implikasinya, harga jual emas Antam relatif lebih mudah naik ketimbang turun. Ketika rupiah kuat dan harga emas dunia lesu, baru harga emas Antam berpotensi turun cukup banyak. Sedangkan bila harga emas dunia naik dan rupiah melemah, dipastikan harga emas Antam melesat lebih tinggi seperti yang terjadi belakangan ini. Nilai tukar rupiah saat ini sudah mendekati Rp16.000/US$ sehingga membawa efek imported inflation ke harga emas lokal.
(rui/aji)