Menurut data yang dirilis hari Jumat pekan kemarin, Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi Inti (Core Personal Consumption Expenditures/PCE), yang tidak memasukkan komponen makanan dan energi yang fluktuatif, hanya menguat 0,3% dari bulan sebelumnya.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, data PCE Inti, pada basis tahunan enam bulan, meningkat menjadi 2,9%, tercepat sejak Juli. Dan pada penutupan tahun lalu, data ini sempat turun di bawah target The Fed sebesar 2%.
Para pejabat The Fed merasa nyaman dengan kenaikan moderat dalam pengukuran inflasi jasa yang lebih sempit dalam laporan tersebut. Di saat yang sama, data dari Biro Analisis Ekonomi (BEA) menunjukkan pengeluaran konsumen yang disesuaikan dengan inflasi melebihi semua perkiraan, mengikuti kenaikan gaji terbesar dalam lebih dari setahun.
Data inflasi baru yang dirilis sebelumnya “Cukup sesuai dengan ekspektasi kami,” kata Gubernur Federal Reserve Jerome Powell yang juga kembali mengulangi pernyataannya bahwa Bank Sentral Federal Reserve tidak terburu-buru menurunkan suku bunga acuan.
“Fakta bahwa perekonomian AS tumbuh dengan kecepatan yang solid, fakta selanjutnya pasar tenaga kerja masih sangat– sangat kuat, memberi kami kesempatan untuk sedikit lebih percaya diri mengenai penurunan inflasi sebelum kami mengambil langkah penting dalam perekonomian AS, yaitu memotong suku bunga,” kata Powell pada di sebuah acara di The Fed bagian San Francisco, Jumat.
Powell mengatakan mungkin tepat bagi The Fed untuk melonggarkan kebijakannya “Pada suatu saat di tahun ini.”
Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, pelaku pasar kontrak berjangka (Futures) saat ini melihat 70,4% peluang Federal Reserve akan memulai siklus pelonggaran kebijakan moneter di bulan Juni.
“Reli di pasar saham belakangan ini mulai mereda karena investor menimbang prospek kebijakan moneter AS setelah sejumlah data ekonomi, terutama yang berkaitan dengan inflasi, memicu pertanyaan mengenai apakah Federal Reserve dapat mempertahankan proyeksi 3 kali penurunan suku bunga tahun ini,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
Dari regional, di China, melansir pernyataan Biro Statistik Nasional pada Minggu, Indeks Manajer Pembelian Manufaktur (Purchasing Manager's Index/PMI) berhasil mengalami peningkatan pada Maret untuk pertama kalinya sejak September, meningkat menjadi 50,8.
Indeks Aktivitas on-Manufaktur juga menguat menjadi 53 di Maret, dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya 51,5. Adapun angka di atas 50 mencerminkan laju ekspansi dari bulan sebelumnya, sementara angka di bawahnya menggambarkan kontraksi.
Angka tersebut menunjukkan bahwa negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut telah mempertahankan daya tariknya setelah awal tahun yang solid dan dapat memberi pembuat kebijakan lebih banyak waktu untuk menilai dampak dari langkah-langkah stimulus sebelumnya.
China telah menetapkan target untuk meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar 5% tahun ini, yang dianggap oleh banyak ekonom sulit dicapai, mengingat penurunan berkepanjangan di sektor properti dan tekanan deflasi yang terus-menerus.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG terkoreksi 0,29% ke 7.288 dan masih didominasi oleh volume penjualan, namun penutupan IHSG masih mampu berada di atas MA-60.
“Pada label hitam, posisi IHSG saat ini masih berada pada bagian dari wave iii dari wave (iii), dimana IHSG masih berpeluang menguat untuk menguji 7.500-7.600,” papar Herditya dalam risetnya pada Senin (1/4/2024).
Herditya juga memberikan catatan, namun, pada label merah, apabila IHSG menembus support 7.238 maka IHSG masih rawan melanjutkan koreksinya menguji 7.100-7.215 untuk membentuk wave (y) dari wave [iv].
Bersamaan dengan risetnya, Herditya memberikan rekomendasi saham hari ini, BMRI, DOID, ELSA, dan SMRA.
Analis Phintraco Sekuritas juga memaparkan, IHSG berpotensi rebound di awal April 2024. IHSG berpeluang kembali ke atas level psikologis 7.300 dan potensi kembali ke area konsolidasi 7.300-7.380 di pekan ini.
Sentimen eksternal kemungkinan menjadi mover utama, terutama di awal pekan.
“Dari dalam negeri, pasar mengantisipasi data indeks manufaktur Maret 2023 dan inflasi Maret 2024. Indeks manufaktur diyakini masih jauh di atas 50, dan inflasi diyakini masih berada di bawah pivot asumsi APBN 2024 di 3% yoy. Kondisi ini jadi modal baik jelang libur panjang Idul Fitri yang umumnya diikuti peningkatan konsumsi masyarakat,” tulisnya.
Melihat hal tersebut, Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi pada saham BBCA, BBNI, BBRI, BMRI, BRIS, MAPI, ERAA, AMRT, INDF, dan KLBF.
(fad)