Jono Syafei menambahkan, pencapaian kinerja GOTO tidak terlalu berpengaruh terhadap penurunan harga saham. Justru yang jadi pengaruh adalah kondisi akan banyaknya hari libur pada pekan ini sehingga perdagangan saham tidak terlalu ramai.
Analis Infovesta Kapital Advisori, Arjun Ajwani, menambahkan, tidak ada katalis yang bisa mendorong kinerja keuangan GOTO tahun ini. Apalagi berharap raihan laba bersih yang positif. Pasalnya GOTO masih mencatatkan biaya yang terlalu tinggi.
Faktor tingkat suku bunga yang kemungkinan masih akan naik hingga semester I-2023 juga masih memengaruhi laju gerak saham GOTO.
“Tingkat suku bunga masih di level yang tinggi dan ini berdampak negatif kepada emiten teknologi yang bergantung terhadap hutang, yaitu R&D intensif yang bergantung terhadap utang atau pinjaman,” ungkap Arjun Ajwani.
“Berdasarkan data kuartal III, utang dan biaya bunga GOTO naik konsisten, serta DER hampir 2 kali. Menurut saya, debt burden (ratio atau total cicilan utang per bulan/pendapatan bersih per bulan) serta biaya modal yang tinggi masih menjadi beban besar untuk GOTO,” Arjun Ajwani menegaskan.
Arjun Ajwani menambahkan, belum merekomendasikan pembelian saham GOTO dalam jangka pendek. Alasan pertama, belum terlihat sentimen positif. Kedua, proses efisiensi beban juga belum kelihatan membuahkan hasil.
GOTO mencatatkan sahamnya di pasar modal Indonesia pada 2022 dengan harga pelaksanaan Rp 338/lembar. Pada hari pencatatan perdana, harga GOTO naik ke level Rp 382/lembar, namun setelahnya hingga hari ini trennya terus menurun. Level terendah GOTO sempat berada pada posisi Rp 81/saham di 26 Desember tahun lalu.
(tar/wep)