Padahal, perusahaan mencatatkan kenaikan volume penjualan batu bara mencapai 13% menjadi 78,7 juta metrik ton (mt) dari tahun sebelumnya yang sebesar 69,4 juta mt.
Manajamen mengatakan, penurunan nilai penjualan tersebut sejatinya memang disebabkan oleh lesunya harga batu bara yang sepanjang 2023 berada di US$81,3/ton atau susut 33% dari tahun sebelumnya di US$121,0/ton.
Sehingga, total laba tahun berjalan yang diatribusikan kepada entitas induk hanya menjadi US$10,9 juta atau susut 97,9% dari tahun sebelumnya di US$525,2 juta. Perolehan itu juga menyebabkan laba per sahamnya susut menjadi US$0,03 dari tahun sebelumnya di US$3,14.
Sementara itu, total aset perseroan sepanjang 2023 tercatat mencapai US$4,20 miliar atau setara Rp66,73 triliun, yang juga turun 6,36% dari tahun sebelumnya yang tercatat di US$4,48 miliar.
(ibn/lav)