Logo Bloomberg Technoz

“Kami masih meyakini The Fed saat ini masih berada di jalur penurunan bunga acuan pada Juni nanti, seiring dengan kondisi perekonomian yang melemah,” katanya.

Berikut ini beberapa kesimpulan pembacaan Bloomberg Economics dari data inflasi PCE terbaru dan data belanja terbaru:

  1. Inflasi PCE dan inflasi inti PCE sama-sama melambat menjadi 0,3% pada Februari, dibandingkan 0,4% inflasi PCE pada Januari dan 0,5% inflasi inti PCE bulan sebelumnya. Dalam perhitungan tahunan, inflasi PCE naik 2,5% dari tadinya 2,4% year-on-year dan inflasi inti PCE jatuh ke level 2,8% dari tadinya 2,9%.

  2. Gubernur The Fed Jerome Powell yang sangat mencermati indeks inflasi superinti yaitu inflasi inti PCE tanpa menghitung biaya sewa rumah, pada Februari lalu tercatat turun ke 0,2% secara bulanan dibandingkan 0,7% pada Januari. Sedangkan secara tahunan, inflasi supercore ini naik 3,3%, lebih rendah dibandingkan 3,5% pada Januari. Dalam perhitungan satu-tiga dan enam bulan, kami melihat indeks ini naik masing-masing jadi 2,2%, 4,5% dan 3,8%, jauh lebih rendah dibanding angka Januari masing-masing 8,2%, 4,5% dan 3,5%.

  3. Pendapatan pribadi hanya tumbuh 0,3% secara bulanan, dari tadinya tumbuh 1% pada Januari. Angka itu di bawah konsensus yang memprediksi di angka 0,4%.

  4. Pendapatan pribadi berlebih (disposable personal income) hanya tumbuh 0,2% dibandingkan bulan Januari 0,4% dan bila disesuaikan dengan inflasi, angkanya turun 0,1%.

  5. Kenaikan pendapatan pribadi bisa dilacak terutama karena kenaikan gaji 0,7% seperti yang terlihat dari laporan pasar tenaga kerja Februari yang mencatat lonjakan. Pembayaran gaji oleh pemerintah juga mendongkraknya. Namun, kenaikan tersebut sebagian dipangkas oleh penurunan pendapatan dividen bulanan sebesar 3,7%.

  6. Angka pertumbuhan belanja pribadi riil naik 0,4% pada Februari dibandingkan Januari yang -0,2%. Kebanyakan belanja pribadi orang AS berupa sepeda motor dan transportasi.

  7. Rasio tabungan pribadi turun jadi 3,6% dibandingkan 4,1% pada Januari, menjadi yang terendah sejak akhir tahun 2022.

Ekonom Bloomberg menyimpulkan dari data-data baru yang dilansir tersebut sebagai kabar baik bagi prospek penurunan bunga The Fed.

“Inflasi yang melandai jelas menjadi kabar baik bagi The Fed meskipun revisi angka ke atas pada data bulan Januari mengurangi sebagian dampak positif data terbaru. Namun, pertumbuhan pendapatan yang melambat dengan cepat dan pertumbuhan belanja pribadi sebagian besar terkonsentrasi di kantong-kantong perekonomian yang didukung oleh kelompok ekonomi atas. Dengan semakin banyaknya data yang menggambarkan perekonomian dua jalur, kami menilai keseimbangan risiko semakin selaras bagi The Fed sehingga membuka peluang bagi penurunan bunga pada Juni nanti,” demikian dijelaskan oleh Paul dan Ou.

Pasar keuangan AS tutup pada Jumat memperingati Jumat Agung. Namun, pada perdagangan terakhir Kamis lalu terlihat bahwa para pelaku pasar mengambil sikap bullish setelah data pertumbuhan ekonomi menunjukkan perekonomian AS masih kuat dan optimistis mendukung skenario soft landing. 

Indeks saham Wall Street melesat ditutup naik di zona hijau. Sementara yield Treasury, surat utang AS, pada perdagangan terakhir pekan lalu masih mencetak kenaikan tertekan pernyataan pejabat The Fed Waller yang menilai penurunan bunga acuan mungkin hanya satu kali terjadi tahun ini.

Komentar Powell

Dalam pernyataan terbaru Jumat waktu Amerika, Powell menyatakan lagi kalimatnya yang telah dia ucapkan beberapa waktu lalu. “Kami tidak terburu-buru menurunkan bunga,” katanya di sebuah acara di San Fransisco setelah data inflasi PCE dirilis.

Ketua Federal Reserve AS, Jerome Powell saat sidang Senat di Washington, DC, AS, Kamis, (7/4/2024). (Al Drago/Bloomberg)

Powell menyebut, data inflasi PCE yang baru dirilis kurang lebih masih sesuai dengan ekspektasi The Fed. Namun, ia bilang, akan menjadi hal yang kurang layak memangkas bunga sampai The Fed percaya bahwa inflasi benar-benar sudah berada di jalurnya menuju 2%. 

“Senang rasanya melihat sesuatu berjalan sesuai dengan ekspektasi,” kata Powell mengomentari data terbaru inflasi PCE tersebut. “Bulan Februari lebih rendah namun tidak serendah sebagian besar data bagus yang kami peroleh pada paruh kedua tahun lalu; tapi ini jelas lebih sesuai dengan apa yang ingin kami lihat.”

Powell juga menyatakan, bahwa ia tidak melihat ada kemungkinan terjadinya resesi di Amerika saat ini. Namun, ia menegaskan kembali bahwa pelemahan yang tidak terduga di pasar tenaga kerja memerlukan tanggapan kebijakan dari pejabat Fed.

Inflasi AS telah menurun secara signifikan setelah menyentuh level tertinggi dalam empat dekade terakhir pada 2022 lalu. Penurunan inflasi bergerak cepat dengan jurus pengetatan moneter paling agresif dilakukan oleh The Fed. Hanya, kemajuan penurunan inflasi AS itu agaknya terhenti pada dua bulan pertama tahun ini seiring dengan kenaikan inflasi harga konsumen. 

Kendati pengetatan dilangsungkan secara agresif, terlihat bahwa perekonomian terbesar di dunia itu masih tetap tangguh sejauh ini. 

The Fed's March dot plot. (Dok: Bloomberg)

Laju belanja konsumen yang disesuaikan dengan inflasi mencatat angka melampaui perkiraan pada bulan lalu. Para pelaku usaha juga masih merekrut pekerja dalam jumlah besar. Bahkan data pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2023 yang baru dirilis Rabu kemarin menunjukkan angka lebih kuat daripada perkiraan semula. 

Meskipun proyeksi median pejabat Fed untuk tiga kali penurunan suku bunga tahun ini tidak berubah dibandingkan bulan Desember, hampir separuhnya memperkirakan penurunan bunga acuan mungkin hanya butuh dua kali saja atau bahkan lebih sedikit dari itu pada 2024 ini.

Sebagian besar pembuat kebijakan mengatakan mereka ingin melihat bukti lebih lanjut bahwa inflasi turun menuju sasaran mereka sebesar 2% sebelum membuat keputusan fundamental pertama yakni menurunkan bunga acuan.

(rui)

No more pages