Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta — Santernya kabar bahwa pemerintah akan menambah impor beras sebanyak 500.000 ton dinilai akan memberi sentimen negatif di tengah masa panen raya, yang dapat berimbas pada kejatuhan harga di tingkat produsen.

Pakar pangan dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonnesia (AEPI) Khudori menilai wacana impor beras tidak tepat digulirkan pemerintah saat ini, kendati Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi telah menegaskan keputusan tersebut belum final.

Berdasarkan data prognosis neraca pangan Bapanas, ketersediaan beras per awal 2023 mencapai 4,06 juta ton, dengan estimasi produksi domestik tahun ini sebanyak 31,91 juta ton. Konsumsi beras tahunan diestimasikan sejumlah 30,97 juta ton dan bulanan sebanyak 2,58 juta ton.

Hingga akhir tahun ini, neraca ketersediaan beras diperkirakan surplus 5,01 juta ton. Namun, rencana impor beras pada tahun ini tetap diestimasikan sejumlah 433.317 ton. 

Mestinya, energi semua pihak dimanfaatkan untuk memastikan panen raya itu berlangsung baik,

Pakar pangan Asosiasi Ekonomi Politik Indonnesia (AEPI) Khudori

Menurut Khudori, wacana impor semestinya dipertimbangkan ketika pemerintah sudah mengetahui realisasi produksi saat panen raya Februari—Mei. Belum lagi, pada Juni—September, Indonesia juga memasuki masa panen gadu yang bertepatan dengan hadirnya El-Nino.

“Kita belum tahu bagaimana realisasinya, tetapi [sudah ada] wacana atau rencana impor. Selain tidak tepat juga hanya akan melukai hati petani. Saat ini petani sedang panen raya. Mestinya, energi semua pihak dimanfaatkan untuk memastikan panen raya itu berlangsung baik,” ujarnya saat dihubungi Bloomberg Technoz, Selasa (21/3/2023). 

Menurut Khudori, jika proyeksi pemerintah akurat, produksi saat panen raya sebenarnya dalam kondisi baik. Dengan demikian, wacana tambahan impor beras dinilai terlalu prematur, meski cadangan beras pemerintah (CBP) hanya tersisa 230.000 ton atau jauh di bawah ambang aman 1,1 juta—1,5 juta ton.

“Tidak terjadi gagal atau puso, baik karena banjir atau bencana. Mesti juga dipastikan harga di level petani baik. Wacana atau rencana impor hampir dipastikan akan membuat harga jatuh. Ketika harga gabah jatuh, petani yang akan dirugikan,”  ujarnya.

Bapanas memproyeksikan produksi beras saat panen raya Februari—Mei mencapai 9 juta ton. Adapun, target penyerapan dalam negeri oleh Bulog saat panen raya mencapai 1,7 juta ton, alias mencakup 70% dari target sepanjang 2023 sebanyak 2,4 juta ton.

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (kemendag.go.id)

Sebelumnya, pada saat rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI pada Rabu (15/3/2023), Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menyebut pemerintah terbuka pada opsi untuk menambah impor beras sebanyak 500.000 ton lantaran harga di dalam negeri diprediksi terus naik hingga Idulfitri.

“[Saat] rapat dipimpin Presiden, kami sudah memutuskan kapan pun diperlukan, bisa masuk lagi [beras impor] sebanyak 500.000 ton karena stok Bulog—yang biasanya 2,2 juta ton—sekarang kalau enggak salah tinggal 300.000 ton,” ujar Zulkifli. 

Menurutnya, wacana tersebut telah dibahas dalam rapat kabinet bersama Presiden Joko Widodo. Namun, dia menggarisbawahi wacana tersebut belum final lantaran Indonesia masih memasuki masa panen raya.   

“Sebenarnya saya tidak setuju impor. Impor itu karena tidak ada pilihan, maka diputuskan kembali [mengimmpor beras] 500.000 ton. Namun, hanya jika diperlukan karena sekarag sedang panen raya,”  tegasnya. 

Berdasarkan data Panel Harga Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas), per hari ini, rerata harga beras medium masih bertengger di angka Rp 11.770/kg. Adapun, harga eceran tertinggi (HET) yang baru ditetapkan pemerintah berada di rentang Rp10.900/kg—Rp11.800/kg.

Sekadar catatan, beras medium dikonsumsi mayoritas masyarakat kelas menengah-bawah di Indonesia dan merupakan tipe beras yang dikelola Bulog untuk penugasan operasi pasar (OP) dan penyaluran bantuan sosial (bansos). 

Sementara itu, rerata harga beras premium per hari ini adalah Rp12.980/kg, sedangkan HET yang baru ditetapkan pemerintah berada di rentang Rp13.900/kg—Rp14.800/kg. 

(wdh)

No more pages