Selain itu, produksi logam timah tercatat sebesar 15.340 metrik ton (mt) yang juga turun 23% dari capaian tahun sebelumnya yang sebesar 19.825 mt.
Walhasil, penjualan logam timah juga ikut menurun 31% menjadi hanya 14.385 mt dari tahun sebelumnya yang sebanyak 20.805 mt.
Tak berhenti disitu, perusahaan juga diterpa dengan harga jual timah yang kian lesu sepanjang tahun lalu yang hanya senilai US$26.583/mt atau anjlok dibandingkan tahun sebelumnya di US$31.474/mt.
Akibatnya, perusahaan harus mencatatkan kerugian bersih sebesar Rp449,7 miliar sepanjang 2023. Perolehan itu berbanding terbalik dengan tahun sebelumnya yang justru mencetak laba mencapai Rp1,18 triliun.
Selain itu, total pendapatan perseroan juga tercatat mengalami penurunan hingga 32,89% menjadi Rp8,39 triliun dari tahun sebelumnya yang senilai Rp12,50 triliun.
(ibn/lav)