Sepanjang 2023, perseroan mencatatkan produksi bijih timah sebesar 14.855 ton atau turun sekitar 26% dari capaian tahun sebelumya di 20.079 ton.
Selain itu, produksi logam timah tercatat sebesar 15.340 metrik ton (mt) yang juga turun 23% dari capaian tahun sebelumnya yang sebesar 19.825 mt.
Alhasil, penjualan logam timah juga ikut menurun 31% menjadi hanya 14.385 mt dari tahun sebelumnya yang sebanyak 20.805 mt.
Tak berhenti di sanaa, perusahaan juga diterpa dengan harga jual timah yang kian lesu sepanjang tahun lalu yang hanya senilai US$26.583/mt atau anjlok dibandingkan tahun sebelumnya di US$31.474/mt.
Dari sisi neraca, perusahaan juga mencatatkan total aset mencapai Rp12,85 triliun atau susut tipis 1,66% dibandingkan tahun sebelumya di Rp13,06 triliun. Lalu, total ekuitas sebesar Rp6,24 triliun yang juga turun 11% dari tahun sebelumnya di Rp70,4 triliun.
Sebelumnya, TINS memang kini masih diterpa skandal korupsi yang sedang diusut oleh Kejaksaan Agung (Kejagung), dengan total kerugian negara ditaksir mencapai Rp271 triliun.
Dalam kasus itu, Kejagung telah menetapkan sebanyak 16 orang tersangka yang terdiri pengusaha swasta, mantan Direktur Utama, hingga manajemen perseroan. Adapun, dua diantaranya yakni seorang pengusaha kakap atau crazy rich bernama Helena Lim dan Harvey Moeis.
(ibn/lav)